Senin, 22 Februari 2016

Perencanaan Tes

A.  Pengambilan Sampel Dan Pemilihan Butir Soal
Secara akademik Tes hasil belajar harus dapat dipertanggungjawabkan sebagai hal yang representatif dari ilmu atau bidang studi yang diuji dengan menggunakan perangkat tes.
Pemilihan atau sampling butir soal dilakukan dengan mempertimbangkan konsep, generalisasi, dalil, atau teori yang akan diuji peranannya terhadap bidang studi secara keseluruhan untuk memperoleh butir-butir yang mewakili keseluruhan konsep yang penting dalam suatu bidang studi. Biasanya bidang studi itu dipilah-pilah menjadi beberapa pokok bahasan dan sub pokok bahasan. Jumlah soal dalam setiap pokok bahasan atau sub pokok bahasan hendaknya sebanding dengan luas dan pentingnya pokok bahasan atau sub pokok bahasan tersebut.

Tingkat kepentingan dari suatu pokok bahasan atau sub pokok bahasan dapat dilihat dari kontribusinya terhadap keseluruhan bidang studi. Tidak ada batasan jumlah butir soal untuk satu pokok bahasan atau suatu sub pokok bahasan.

B.  Tipe Tes Yang Digunakan
Ada 3 macam tes yang biasa digunakan, yaitu: (1) esei, (2) objektif, dan (3) problem matematik. Anggapan yang muncul terkait bahwa suatu tipe tes lebih baik daripada tipe tes lainnya dalam mengukur ranah kognitif tertentu adalah sutau kesalahpahaman. Soal esei yang baik akan dapat mengukur ranah kognitif yang manapun seperti yang dapat diukur oleh soal obyektif yang baik, demikian juga sebaliknya. Pemilihan tipe tes yang akan digunakan lebih banyak ditentukan oleh kemampuan dan waktu yang tersedia pada penyusun tes daripada kemampuan peserta tes atau aspek yang ingin diukur.

C.  Aspek Kemampuan Yang Diuji
Setiap bidang studi mempunyai penekanan kemampuan yang berbeda begitu juga dengan aspek yang diuji. Aspek ranah kognitif yang akan diuji harus sinkron dengan kemampuan atau tujuan pendidikan yang telah dirumuskan terlebih dahulu.
Ada enam tingkatan kemampuan yang akan diuji, yaitu pengetahuan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi, atau yang lazim diberi simbol C1, C2, C3, C4, C5, dan C6. Mengingat bahwa hasil tes saat ini lebih berorientasi pada pengetahuan, pemahaman dan aplikasi, maka jumlah soal yang mewakili tiga level pertama diharapkan lebih banyak dibandingkan jumlah soal untuk tiga level berikutnya yang bersifat pengembangan lebih lanjut. Namun kemampuan dari ranah yang lain juga harus diperhatikan, seperti afektif dan psikomotor.

D.  Format Butir Soal
Dalam membuat perencanaan tes, pendidik harus mengetahui dan terampil dalam membuat suatu penilaian. Dengan soal yang baik dan tepat akan diperoleh gambaran prestasi dari seorang siswa, demikian pula sebaliknya, dengan soal yang tidak terencana dan tersusun dengan baik dan tepat, tidak akan diperoleh gambaran prestasi siswa yang sesungguhnya. Dengan demikian, Penilaian yang akan dilakukan oleh seorang pendidik dapat dilakukan dengan membuat perencanaan format butir soal terlebih dahulu. Ada berbagai format untuk membantu pendidik dalam melakukan penilaian yaitu dengan tes objektif maupun esei.
·      Tes esei
Siswa diminta menjawab pertanyaan dengan uraian / penjelasan dengan menggunakan kata / kalimat sendiri. Oleh karena itu sifatnya sangat subjektif. Namun demikian bentuk tes ini dapat menilai proses mental yang tinggi, terutama dalam hal kesanggupan menyusun jawaban, berekspresi, kesanggupan menggunakan bahasa dll.
 Ada dua macam bentuk tes esei, yaitu:
1.    Uraian bebas ( free essay )
Dalam bentuk uraian bebas ini siswa akan menjawab secara bebas tentang sesuatu masalah yang ditanyakan.
Contohnya: Jelaskan apa yang kamu ketahui tentang evaluasi pembelajaran ??
Siswa akan menjawab dengan bebas sesuai dengan apa yang diketahuinya. Kelemahan bentuk ini ialah sukar menentukan standar jawabannya, sebab jawaban siswa sifatnya beraneka ragam.
2.    Uraian yang terbatas ( limited essay )
Pada tes bentuk jawaban siswa dibatasi dan diarahkan kepada hal yang akan diminta dari pertanyaan tersebut :
Contoh : Jelaskan 3 faktor penyebab terjadinya perdarahan postpartum ?
Pertanyaan ini terbatas kepada 3 faktor penyebab, jadinya hanya diminta mengemukakan 3 faktor saja. Pemeriksaan jenis uraian yang terbatas ini lebih mudah memeriksanya sebab sudah ditetapkan standarnya.
·      Tes objektif
Tes objektif adalah butir soal yang telah mengandung kemungkinan jawaban yang harus dipilih atau dikerjakan oleh peserta tes. Peserta hanya tinggal memilih jawaban dari kemungkinan jawaban yang telah disediakan sehingga pemeriksaan dan penskoran jawaban dapat dilakukan secara objektif oleh pemeriksa. Pemeriksaan ini dapat dilakukan, baik oleh secara langsung oleh manusia maupun dengan memanfaatkan teknologi terbaru, yaitu mesin scanner. Secara umum, soal tes objektif dibedakan menjadi:
 Pada tes objektif terdapat tiga bentuk tes yaitu :
1.    Benar Salah (True False),
Bentuk tes benar salah ( true false ) merupakan butir soal yang terdiri dari pernyataan yang disertai alternatif jawaban, yaitu menyatakan apakah jawaban itu benar/salah, setuju/tidak setujuu, baik/tidak baik, atau alternatif jawaban lain yang bersifat mutual eksklusif/ meniadakan.
2.    Menjodohkan (Matching),
Tipe pertanyaan ini biasanya terdiri dari dua kolom. Setiap pertanyaan pada kolom pertama harus dijodohkan dengan urutan pada kolom kedua. Oleh karena itu, cara mengerjakannya didahului dengan petunjuk sebagai berikut :  “ pasangkanlah pernyataan yang ada pada lajur kiri dengan yang ada pada lajur kanan, dengan cara menempatkan ( mengisikan ) huruf yang terdapat dimuka pernyataan lajur kiri pada titik-titik yang disediakan dilajur kanan.”
3.    Pilihan Ganda (Multiple Choice)
Pada pilihan ganda ini menyediakan kemungkinan jawaban ( option ) yang harus dipilih lebih dari dua alternative, biasanya empat alternative. Tugas siswa adalah harus memilih satu alternative yang menurutnya merupakan satu jawaban yang benar.

E.  Jumlah Butir Soal
Jumlah butir soal berhubungan dengan reliabilitas (konsistensi dari serangkaian pengukuran atau serangkaian alat ukur ) tes dan representasi isi bidang studi yang diteskan, semakin besar jumlah butir soal yang digunakan maka kemungkinan semakin tinggi reliabilitasnya. Dari segi jumlah, tes objektif memiliki kekuatan lebih dibanding tes esei karena waktu yang diperlukan untuk mengerjakan tes objektif lebih singkat sehingga memungkinkan jumlah butir soal yang lebih banyak.
  
 Jumlah butir soal harus direncanakan:
1.  Jumlah keseluruhan
2.  jumlah untuk setiap pokok bahasan/topic
3.  jumlah untuk setiap format
4.  jumlah untuk setiap kategori tingkat kesulitan
5.  jumlah untuk setiap aspek pada ranah kognitif.
Pertimbangan lain dalam penetuan jumlah soal adalah waktu yang tersedia, biaya yang ada, kompleksitas yang dituntut dalam tes, serta waktu ujian diadakan.

F.   Distribusi Tingkat Kesukaran
Tes yang terbaik adalah tes yang mampu membedakan antara kelompok yang baik dan kelompok yang kurang belajar. Salah satunya diindikasikan dengan tingkat kesukaran di titik sekitar 0,50. Selain itu, tingkat kesukaran soal ditentukan oleh tujuan tes (untuk seleksi, diagnostik,formatif, sumatif). Perlu diperhatikan bahwa soal yang memiliki tingkat kesukaran rendah hendaknya diletakkan di awal tes, sedangkan soal dengan tingkat kesukaran tinggi pada akhir tes. Hal ini dimaksudkan untuk memberikan notivasi agar peserta tes lebih terdorong untuk mengerjakan seluruh butir soal. Perlu diingat bahwa tes yang terlalu sukar atau terlalu mudah tidak akan memberi informasi yang berarti .
G. Beberapa Pertimbangan Perencanaan Tes
Selain dari poin-poin yang disebutkan di atas, dalam perencanaan tes, kita juga memerlukan beberapa pertimbangan lain: (1) apakah akan menggunakan open book atau closed book, (2) apakah frekuensi pelaksanaan tes sering atau jarang, (3) apakah pelaksanaan tes diumumkan sebelumnya atau mendadak, dan (4) bagaimana mode penyajian tes.




Komponen penilaian hasil belajar yang perlu diperhatikan
·      Sahih
Penilaian didasarkan pada data yang memang mencerminkan kemampuan yang ingin diukur
·      Objektif
Penilaian Yang Didasarkan Pada Prosedur Dan Kriteria Yang Jelas Dan Tidak Boleh Dipengaruhi Oleh Subjektivitas Penilai (Dosen)
·      Adil
Penilaian Yang Tidak Menguntungkan Atau Merugikan Mahasiswa Lainnya
·      Terpadu
Dosen Merupakan Salah Satu Komponen Tidak Terpisahkan Dari Kegiatan Pembelajaran
·      Terbuka
Penilaian Harus Memenuhi Prinsip Keterbukaan Di Mana Kriteria Penilaian, Dan Dasar Pengambilan Keputusan Yang Digunakan Dapat Diketahui Oleh Semua Pihak Yang Berkepentingan
·      Menyeluruh Dan Berkesinambunga
Mesti Mencakup Segala Aspek Kompetensi Dengan Menggunakan Berbagai Teknik Penilaian Yang Sesuai
·      Sistematis
Mengikuti Langkah-Langkah Yang Baku
·      Beracuan Kriteria
Didasarkan Pada Ukuran Pencapaian Kompetensi Yang Ditetapkan
·      Akuntabel
Penilaian Yang Proses Dan Hasilnya Dapat Dipertanggungjawabkan
·      Edukatif
Untuk Kepentingan Dan Kemajuan Pendidikan Mahasiswa


Hal-hal yang harus diperhatikan secara umum dalam pengembangan tes :
1.        Kinerja yang akan diukur merupakan aktivitas yang berharga
2.        Penilaian kinerja bermanfaat sebagai pengalaman berharga
3.        Pernyataan tujuan dan sasaran harus jelas dan berhubungan dengan keluaran yang terukur dari kinerja
4.        Penilaian tidak mengukur variable eksogen dan yang tidak diinginkan
5.        Gunakan bahasa yang tepat, tidak sensitif dan dapat diterima oleh segala pihak.
6.        Hindari pertanyaan atau pernyataan yang memiliki dualisme respon.
7.        Hindari pertanyaan atau pernyataan yang multirespon
8.        Hindari pertanyaan atau pernyataan yang mengharuskan peserta tes merecall kembali pengetahuannya yang sudah lama.
9.        Hindari pertanyaan atau pernyataan yang mengarahkan jawaban
10.    Hindari pertanyaan atau pernyataan yang mengarahkan lepada munculnya perpecahan atau konflik
11.    Usahakan panjang kalimat tidak lebih dari 20 kata atau satu baris (Horst, 1968, Oppenheim, 1986 via Uma Sekaran, 1992)
12.    Berikanlah pengantar tes atau petunjuk pengerjaan tes
13.    Setiap item hanya memiliki satu skill yang akan diukur
14.    Konsultasikan dengan pakar bahasa dan ilmu terkait untuk meyakinkan bahwa bahasa yang digunakan, soal, dan jawaban benar-benar meyakinkan.

H.  Kisi – Kisi Tes
Kisi – kisi tes sangat diperlukan dalam membuat perencanaan tes, karena Kisi-kisi tes merupakan deskripsi kompetensi dan materi yang akan diujikan. Tujuan penyusunan kisi-kisi adalah untuk menentukan ruang lingkup dan sebagai petunjuk dalam menulis soal. Kisi-kisi menggambarkan proporsi banyaknya butir soal untuk setiap pokok/sub pokok bahasan dan setiap tingkat kemampuan pada ranah kognitif


Langkah-langkah pengisian format kisi-kisi tes objektif
1.    Tentukan lamanya waktu pelaksanaan ujian yang direncanakan, misalnya 90 menit
2.    Hitung banyaknya butir soal pilihan ganda yang dapat diselesaikan dalam waktu 90 menit
3.    Tentukan pokok bahasan dan sub pokok bahasan yang harus diliput dalam tes tersebut
4.    Tentukan proporsi banyaknya butir soal setiap pokok bahasan. Proporsi ini tergantung pada tingkat kepentingan pokok bahasan satu terhadap yang lain
5.    Proporsi dinyatakan dalam persen (%) dan dicantumkan.
6.    Tentukan prosentase/proporsi jenjang kemampuan berpikir dalam perangkat tes tersebut .
7.    Dengan menggunakan data pada butir dua, empat, dan lima, penyebaran butir soal pada setiap kolom dapat dilaksanakan





BAB  III
PENUTUP

A.  Kesimpulan
Sebagai seorang pendidik atau calon pendidik, keterampilan yang harus kita kuasai adalah system penilaian hasil belajar peserta didik. Dalam penilaian proses dan hasil belajar pserta didik, aspek – aspek yang berkenaan dengan pemilihan alat penilaian untuk memperoleh data dan hasil penilaian sangat berpengaruh terhadap kualitas lulusan. Evaluasi ( penilaian ) sangat berguna untuk mempertinggi hasil pelajaran. Oleh sebab itu, evaluasi ( penilaian ) tidak dapat dipisahkan dari belajar mengajar. Dalam pelaksanaannya ada evaluasi yang baik dan yang kurang baik. Hal ini bergantung pada pendidik yang melaksanakannya.
Jika kita ingin menghendaki hasil evaluasi yang baik, maka kita harus tahu tentang unsur-unsur  penting dalam situasi belajar mengajar. Dengan penjelasan mengenai perencanaan tes yang di jelaskan penulis dalam makalah ini, dapat membantu pendidik untuk menyusun dan merancang perencanaan tes yang tepat dan baik untuk mengetahui hasil belajar peserta didiknya.













DAFTAR  PUSTAKA


Sudjana, Nana.2011. Dasar- Dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung:Sinar Baru Algesindo
http://www.slideshare.net/selvyimelia/makalah-analisis-soal (diakses pada tanggal 5 November 2014 )

Tidak ada komentar:

Posting Komentar