A. Pengambilan Sampel Dan Pemilihan
Butir Soal
Secara akademik Tes hasil belajar harus dapat dipertanggungjawabkan
sebagai hal yang representatif dari ilmu atau bidang studi yang diuji dengan menggunakan
perangkat tes.
Pemilihan atau sampling butir soal dilakukan dengan mempertimbangkan konsep, generalisasi, dalil, atau teori yang akan diuji peranannya terhadap bidang studi secara keseluruhan untuk memperoleh butir-butir yang mewakili keseluruhan konsep yang penting dalam suatu bidang studi. Biasanya bidang studi itu dipilah-pilah menjadi beberapa pokok bahasan dan sub pokok bahasan. Jumlah soal dalam setiap pokok bahasan atau sub pokok bahasan hendaknya sebanding dengan luas dan pentingnya pokok bahasan atau sub pokok bahasan tersebut.
Pemilihan atau sampling butir soal dilakukan dengan mempertimbangkan konsep, generalisasi, dalil, atau teori yang akan diuji peranannya terhadap bidang studi secara keseluruhan untuk memperoleh butir-butir yang mewakili keseluruhan konsep yang penting dalam suatu bidang studi. Biasanya bidang studi itu dipilah-pilah menjadi beberapa pokok bahasan dan sub pokok bahasan. Jumlah soal dalam setiap pokok bahasan atau sub pokok bahasan hendaknya sebanding dengan luas dan pentingnya pokok bahasan atau sub pokok bahasan tersebut.
Tingkat kepentingan dari suatu pokok bahasan atau sub pokok bahasan dapat
dilihat dari kontribusinya terhadap keseluruhan bidang studi. Tidak ada batasan
jumlah butir soal untuk satu pokok bahasan atau suatu sub pokok bahasan.
B. Tipe Tes Yang Digunakan
Ada 3 macam tes yang biasa digunakan, yaitu: (1)
esei, (2) objektif, dan (3) problem matematik. Anggapan yang muncul terkait
bahwa suatu tipe tes lebih baik daripada tipe tes lainnya dalam mengukur ranah
kognitif tertentu adalah sutau kesalahpahaman. Soal esei yang baik akan dapat
mengukur ranah kognitif yang manapun seperti yang dapat diukur oleh soal
obyektif yang baik, demikian juga sebaliknya. Pemilihan tipe tes yang akan
digunakan lebih banyak ditentukan oleh kemampuan dan waktu yang tersedia pada
penyusun tes daripada kemampuan peserta tes atau aspek yang ingin diukur.
C. Aspek Kemampuan Yang Diuji
Setiap bidang studi mempunyai penekanan kemampuan
yang berbeda begitu juga dengan aspek yang diuji. Aspek ranah kognitif yang
akan diuji harus sinkron dengan kemampuan atau tujuan pendidikan yang telah
dirumuskan terlebih dahulu.
Ada
enam tingkatan kemampuan yang akan diuji, yaitu pengetahuan, pemahaman,
aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi, atau yang lazim diberi simbol C1,
C2, C3, C4, C5, dan C6. Mengingat bahwa hasil tes saat ini lebih berorientasi
pada pengetahuan, pemahaman dan aplikasi, maka jumlah soal yang mewakili tiga
level pertama diharapkan lebih banyak dibandingkan jumlah soal untuk tiga level
berikutnya yang bersifat pengembangan lebih lanjut. Namun kemampuan dari ranah
yang lain juga harus diperhatikan, seperti afektif dan psikomotor.
D. Format Butir Soal
Dalam
membuat perencanaan tes, pendidik harus mengetahui dan terampil dalam membuat
suatu penilaian. Dengan soal yang baik dan tepat akan diperoleh gambaran
prestasi dari seorang siswa, demikian pula sebaliknya, dengan soal yang tidak
terencana dan tersusun dengan baik dan tepat, tidak akan diperoleh gambaran
prestasi siswa yang sesungguhnya. Dengan demikian, Penilaian yang akan dilakukan
oleh seorang pendidik dapat dilakukan dengan membuat perencanaan format butir
soal terlebih dahulu. Ada berbagai format untuk membantu pendidik dalam
melakukan penilaian yaitu dengan tes objektif maupun esei.
· Tes esei
Siswa diminta menjawab pertanyaan
dengan uraian / penjelasan dengan menggunakan kata / kalimat sendiri. Oleh
karena itu sifatnya sangat subjektif. Namun demikian bentuk tes ini dapat
menilai proses mental yang tinggi, terutama dalam hal kesanggupan menyusun
jawaban, berekspresi, kesanggupan menggunakan bahasa dll.
Ada dua macam bentuk tes
esei, yaitu:
1.
Uraian bebas ( free essay )
Dalam bentuk
uraian bebas ini siswa akan menjawab secara bebas tentang sesuatu masalah yang
ditanyakan.
Contohnya: Jelaskan apa yang kamu ketahui tentang evaluasi pembelajaran
??
Siswa akan menjawab dengan
bebas sesuai dengan apa yang diketahuinya. Kelemahan bentuk ini ialah sukar
menentukan standar jawabannya, sebab jawaban siswa sifatnya beraneka ragam.
2.
Uraian yang terbatas ( limited essay )
Pada tes bentuk jawaban
siswa dibatasi dan diarahkan kepada hal yang akan diminta dari pertanyaan
tersebut :
Contoh :
Jelaskan 3 faktor penyebab terjadinya perdarahan postpartum ?
Pertanyaan ini
terbatas kepada 3 faktor penyebab, jadinya hanya diminta mengemukakan 3 faktor
saja. Pemeriksaan jenis uraian yang terbatas ini lebih mudah memeriksanya sebab
sudah ditetapkan standarnya.
· Tes objektif
Tes
objektif adalah
butir soal yang telah mengandung kemungkinan jawaban yang harus dipilih atau
dikerjakan oleh peserta tes. Peserta hanya tinggal memilih jawaban dari
kemungkinan jawaban yang telah disediakan sehingga pemeriksaan dan penskoran
jawaban dapat dilakukan secara objektif oleh pemeriksa. Pemeriksaan ini dapat
dilakukan, baik oleh secara langsung oleh manusia maupun dengan memanfaatkan
teknologi terbaru, yaitu mesin scanner. Secara umum, soal tes objektif
dibedakan menjadi:
Pada tes objektif terdapat tiga bentuk tes yaitu :
1.
Benar Salah (True False),
Bentuk tes benar
salah ( true false ) merupakan butir soal yang terdiri dari pernyataan yang disertai alternatif
jawaban, yaitu menyatakan apakah jawaban itu benar/salah, setuju/tidak setujuu,
baik/tidak baik, atau alternatif jawaban lain yang bersifat mutual eksklusif/
meniadakan.
2.
Menjodohkan (Matching),
Tipe pertanyaan
ini biasanya terdiri dari dua kolom. Setiap pertanyaan pada kolom pertama harus
dijodohkan dengan urutan pada kolom kedua. Oleh karena itu, cara mengerjakannya
didahului dengan petunjuk sebagai berikut :
“ pasangkanlah pernyataan yang ada pada lajur kiri dengan yang ada pada
lajur kanan, dengan cara menempatkan ( mengisikan ) huruf yang terdapat dimuka
pernyataan lajur kiri pada titik-titik yang disediakan dilajur kanan.”
3.
Pilihan Ganda (Multiple Choice)
Pada pilihan
ganda ini menyediakan kemungkinan jawaban ( option ) yang harus dipilih lebih
dari dua alternative, biasanya empat alternative. Tugas siswa adalah harus
memilih satu alternative yang menurutnya merupakan satu jawaban yang benar.
E. Jumlah Butir Soal
Jumlah butir soal berhubungan dengan reliabilitas (konsistensi
dari serangkaian pengukuran atau serangkaian alat ukur ) tes dan representasi isi bidang studi yang diteskan,
semakin besar jumlah butir soal yang digunakan maka kemungkinan semakin tinggi
reliabilitasnya. Dari segi jumlah, tes objektif memiliki kekuatan lebih
dibanding tes esei karena waktu yang diperlukan untuk mengerjakan tes objektif
lebih singkat sehingga memungkinkan jumlah butir soal yang lebih banyak.
Jumlah butir
soal harus direncanakan:
1. Jumlah keseluruhan
2. jumlah untuk setiap pokok bahasan/topic
3. jumlah untuk setiap format
4. jumlah untuk setiap kategori tingkat kesulitan
5. jumlah untuk setiap aspek pada ranah kognitif.
Pertimbangan lain dalam penetuan jumlah soal adalah
waktu yang tersedia, biaya yang ada, kompleksitas yang dituntut dalam tes,
serta waktu ujian diadakan.
F.
Distribusi
Tingkat Kesukaran
Tes yang terbaik adalah tes yang mampu
membedakan antara kelompok yang baik dan kelompok yang kurang belajar. Salah
satunya diindikasikan dengan tingkat kesukaran di titik sekitar 0,50. Selain
itu, tingkat kesukaran soal ditentukan oleh tujuan tes (untuk seleksi,
diagnostik,formatif, sumatif). Perlu diperhatikan bahwa soal yang memiliki
tingkat kesukaran rendah hendaknya diletakkan di awal tes, sedangkan soal
dengan tingkat kesukaran tinggi pada akhir tes. Hal ini dimaksudkan untuk
memberikan notivasi agar peserta tes lebih terdorong untuk mengerjakan seluruh
butir soal. Perlu diingat bahwa tes
yang terlalu sukar atau terlalu mudah tidak akan memberi informasi yang berarti
.
G. Beberapa Pertimbangan Perencanaan
Tes
Selain dari
poin-poin yang disebutkan di atas, dalam perencanaan tes, kita juga memerlukan
beberapa pertimbangan lain: (1) apakah akan menggunakan open book atau closed
book, (2) apakah frekuensi pelaksanaan tes sering atau jarang, (3) apakah
pelaksanaan tes diumumkan sebelumnya atau mendadak, dan (4) bagaimana mode
penyajian tes.
Komponen
penilaian hasil belajar yang perlu diperhatikan
·
Sahih
Penilaian
didasarkan pada data yang memang mencerminkan kemampuan yang ingin diukur
·
Objektif
Penilaian
Yang Didasarkan Pada Prosedur Dan Kriteria Yang Jelas Dan Tidak Boleh
Dipengaruhi Oleh Subjektivitas Penilai (Dosen)
·
Adil
Penilaian
Yang Tidak Menguntungkan Atau Merugikan Mahasiswa Lainnya
·
Terpadu
Dosen
Merupakan Salah Satu Komponen Tidak Terpisahkan Dari Kegiatan Pembelajaran
·
Terbuka
Penilaian
Harus Memenuhi Prinsip Keterbukaan Di Mana Kriteria Penilaian, Dan Dasar
Pengambilan Keputusan Yang Digunakan Dapat Diketahui Oleh Semua Pihak Yang
Berkepentingan
·
Menyeluruh Dan Berkesinambunga
Mesti
Mencakup Segala Aspek Kompetensi Dengan Menggunakan Berbagai Teknik Penilaian
Yang Sesuai
·
Sistematis
Mengikuti
Langkah-Langkah Yang Baku
·
Beracuan Kriteria
Didasarkan
Pada Ukuran Pencapaian Kompetensi Yang Ditetapkan
·
Akuntabel
Penilaian
Yang Proses Dan Hasilnya Dapat Dipertanggungjawabkan
·
Edukatif
Untuk
Kepentingan Dan Kemajuan Pendidikan Mahasiswa
Hal-hal
yang harus diperhatikan secara umum dalam pengembangan tes :
1.
Kinerja yang akan diukur merupakan aktivitas
yang berharga
2.
Penilaian kinerja bermanfaat sebagai pengalaman
berharga
3.
Pernyataan tujuan dan sasaran harus jelas dan
berhubungan dengan keluaran yang terukur dari kinerja
4.
Penilaian tidak mengukur variable eksogen dan
yang tidak diinginkan
5.
Gunakan bahasa yang tepat, tidak sensitif dan
dapat diterima oleh segala pihak.
6.
Hindari pertanyaan atau pernyataan yang memiliki
dualisme respon.
7.
Hindari pertanyaan atau pernyataan yang
multirespon
8.
Hindari pertanyaan atau pernyataan yang
mengharuskan peserta tes merecall kembali pengetahuannya yang sudah lama.
9.
Hindari pertanyaan atau pernyataan yang
mengarahkan jawaban
10. Hindari
pertanyaan atau pernyataan yang mengarahkan lepada munculnya perpecahan atau
konflik
11. Usahakan
panjang kalimat tidak lebih dari 20 kata atau satu baris (Horst, 1968,
Oppenheim, 1986 via Uma Sekaran, 1992)
12. Berikanlah
pengantar tes atau petunjuk pengerjaan tes
13. Setiap
item hanya memiliki satu skill yang akan diukur
14. Konsultasikan
dengan pakar bahasa dan ilmu terkait untuk meyakinkan bahwa bahasa yang
digunakan, soal, dan jawaban benar-benar meyakinkan.
H. Kisi – Kisi Tes
Kisi – kisi tes sangat diperlukan dalam membuat perencanaan tes, karena
Kisi-kisi tes merupakan deskripsi kompetensi dan materi yang akan diujikan.
Tujuan penyusunan kisi-kisi adalah untuk menentukan ruang lingkup dan sebagai
petunjuk dalam menulis soal. Kisi-kisi menggambarkan proporsi
banyaknya butir soal untuk setiap pokok/sub pokok bahasan dan setiap tingkat
kemampuan pada ranah kognitif
Langkah-langkah
pengisian format kisi-kisi tes objektif
1. Tentukan
lamanya waktu pelaksanaan ujian yang direncanakan, misalnya 90 menit
2. Hitung
banyaknya butir soal pilihan ganda yang dapat diselesaikan dalam waktu 90 menit
3. Tentukan
pokok bahasan dan sub pokok bahasan yang harus diliput dalam tes tersebut
4. Tentukan
proporsi banyaknya butir soal setiap pokok bahasan. Proporsi ini tergantung
pada tingkat kepentingan pokok bahasan satu terhadap yang lain
5. Proporsi
dinyatakan dalam persen (%) dan dicantumkan.
6. Tentukan
prosentase/proporsi jenjang kemampuan berpikir dalam perangkat tes tersebut .
7. Dengan
menggunakan data pada butir dua, empat, dan lima, penyebaran butir soal pada
setiap kolom dapat dilaksanakan
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Sebagai seorang
pendidik atau calon pendidik, keterampilan yang harus kita kuasai adalah system
penilaian hasil belajar peserta didik. Dalam penilaian proses dan hasil belajar
pserta didik, aspek – aspek yang berkenaan dengan pemilihan alat penilaian
untuk memperoleh data dan hasil penilaian sangat berpengaruh terhadap kualitas
lulusan. Evaluasi ( penilaian ) sangat berguna untuk mempertinggi hasil
pelajaran. Oleh sebab itu, evaluasi ( penilaian ) tidak dapat dipisahkan dari
belajar mengajar. Dalam pelaksanaannya ada evaluasi yang baik dan yang kurang
baik. Hal ini bergantung pada pendidik yang melaksanakannya.
Jika kita ingin
menghendaki hasil evaluasi yang baik, maka kita harus tahu tentang
unsur-unsur penting dalam situasi
belajar mengajar. Dengan penjelasan mengenai perencanaan tes yang di jelaskan
penulis dalam makalah ini, dapat membantu pendidik untuk menyusun dan merancang
perencanaan tes yang tepat dan baik untuk mengetahui hasil belajar peserta
didiknya.
DAFTAR PUSTAKA
Sudjana, Nana.2011. Dasar- Dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung:Sinar
Baru Algesindo
http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/pengabdian/mimin-nur-aisyah-msc-ak/ppm-iteman-analysiscara-membuat-soal-yang-baik.pdf (diakses pada tanggal 5 November 2014 )
http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/pendidikan/Prihastuti%20Ekawatiningsih,%20S.Pd.,M.Pd./22.%20Materi%20Kuliah%20Evaluasi%20Pembelajaran.pdf (diakses pada tanggal 5 November 2014 )
http://www.slideshare.net/selvyimelia/makalah-analisis-soal (diakses pada tanggal 5 November 2014 )
http://mira-seplita.blogspot.com/2012/06/penyusunan-kisi-kisi-soal-tes-hasil.html (diakses pada tanggal 5 November 2014 )
Tidak ada komentar:
Posting Komentar