Pengertian
MTBS ( Manajemen Terpadu Balita Sakit ) atau IMCI (Integrated
Management of Childhood Illness ) adalah
suatu pendekatan yang terintegrasi/terpadu dalam tatalaksana balita
sakit dengan fokus kepada kesehatan anak usia 0-5 tahun (balita) secara
menyeluruh. MTBS bukan merupakan suatu program kesehatan tetapi suatu
pendekatan/cara menatalaksana balita sakit. Kegiatan MTBS merupakan upaya
yang ditujukan untuk menurunkan kesakitan dan kematian sekaligus meningkatkan
kualitas pelayanan kesehatan anak balita di unit rawat jalan kesehatan dasar
seperti Puskesmas, Pustu, Polindes, Poskesdes, dll.
Ada 3 komponen dalam penerapan
strategiMTBS yaitu:
- Komponen
I : meningkatkan ketrampilan petugas kesehatan dalam tatalaksana
kasus balita sakit (dokter, perawat, bidan, petugas kesehatan)
- Komponen
II : memperbaiki sistem kesehatan agar penanganan penyakit pada
balita lebih efektif
- Komponen
III : Memperbaiki praktek keluarga dan masyarakat dalam perawatan di
rumah dan upaya pencarian pertolongan kasus balita sakit (meningkatkan
pemberdayaan keluarga dan masyarakat, yang dikenal sebagai “Manajemen
Terpadu Balita Sakit berbasis masyarakat”).
Untuk keberhasilan penerapan MTBS,
proporsi penekanan pada ketiga komponen harus sama besar.
Tujuan MTBS ( Manajemen Terpadu Balita Sakit )
Adanya
program dari WHO ini adalah bertujuan untuk :
Menurut data Riskesdas tahun 2007,
penyebab kematian perinatal 0 – 7 hari terbanyak adalah :
Sedangkan penyebab kematian neonatal
7 – 29 hari disebabkan oleh:
Kematian yang terjadi pada bayi terbanyak disebabkan karena:
Penyebab kematian yang terjadi pada balita
disebabkan karena :
Penyakit-penyakit
terbanyak pada balita yang dapat di tata laksana dengan MTBS adalah penyakit
yang menjadi penyebab utama kematian, antara lain :
ü Pneumonia
ü Diare
ü Malaria
ü campak dan
ü kondisi yang
diperberat oleh masalah gizi (malnutrisi dan anemia).
Langkah pendekatan
pada MTBS adalah dengan menggunakan algoritma sederhana yang digunakan oleh
perawat dan bidan untuk mengatasi masalah kesakitan pada Balita. Bank Dunia,
1993 melaporkan bahwa MTBS merupakan intervensi yang cost effective untuk
mengatasi masalah kematian balita yang disebabkan oleh Infeksi Pernapasan Akut
(ISPA), diare, campak malaria, kurang gizi, yang sering merupakan kombinasi
dari keadaan tersebut.
Pendekatan MTBS di Indonesia pada
awalnya dimanfaatkan untuk meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan di
unit rawat jalan kesehatan dasar (Puskesmas dan jaringannya termasuk Pustu,
Polindes, Poskesdes, dll). MTBS mengkombinasikan perbaikan tatalaksana kasus
pada balita sakit (kuratif) dengan aspek gizi, imunisasi dan konseling (
promotif dan preventif).
Agar penerapan MTBS dapat berjalan
sebagaimana yang diharapkan, maka diperlukan langkah-langkah secara sistematis
dan menyeluruh, meliputi :
Mengingat MTBS telah diterapkan di
Indonesia sejak 1997 dan banyak pihak yang telah berkontribusi dalam pelatihan
MTBS, tentunya banyak tenaga kesehatan yang telah dilatih MTBS dan banyak
insitusi yang terlibat di dalamnya. Sudah banyak fasilitator dilatih MTBS dan
para fasilitator ini sudah melatih banyak tenaga kesehatan, baik di tingkat
desa dan puskesmas.
Keberhasilan penerapan MTBS tidak
terlepas dari adanya monitoring pasca pelatihan, bimbingan teknis bagi perawat
dan bidan, kelengkapan sarana dan prasarana
pendukung pelaksanaan MTB termasuk kecukupan obat-obatan. Namun, hal tersebut
seringkali dihadapkan pada keterbatasan alokasi dana, sehingga diperlukan suatu
metode lain untuk meningkatkan ketrampilan bidan dan perawat serta dokter akan MTBS
melalui komputerisasi atau yang lebih dikenal dengan ICATT (IMCI Computerize
Adaptation Training Tools), yaitu suatu aplikasi inovatif software berbasis
komputer untuk MTBS yang mempunyai 2 tujuan, yaitu :
Cara menatalaksana balita sakit dengan MTBS
Seorang balita sakit dapat ditangani dengan pendekatan
MTBS oleh Petugas kesehatan yang telah dilatih. Petugas memakai tool yang
disebut Algoritma MTBS untuk melakukan penilaian/pemeriksaan dengan cara
menanyakan kepada orang tua/wali, apa saja keluhan-keluhan/masalah anak
kemudian memeriksa dengan cara 'lihat dan dengar' atau 'lihat dan raba'.
Setelah itu petugas akan mengklasifikasikan semua gejala berdasarkan hasil
tanya-jawab dan pemeriksaan. Berdasarkan hasil klasifikasi penyakit,
petugas akan menentukan tindakan/pengobatan, misalnya anak dengan klasifikasi
Pneumonia Berat atau Penyakit Sangat Berat akan dirujuk ke dokter Puskesmas.
Contoh sistematis dan terintegrasinya pendekatan MTBS, ketika anak sakit datang berobat, petugas kesehatan akan menanyakan kepada orang tua/wali secara berurutan, dimulai dengan memeriksa tanda-tanda bahaya umum seperti:
Contoh sistematis dan terintegrasinya pendekatan MTBS, ketika anak sakit datang berobat, petugas kesehatan akan menanyakan kepada orang tua/wali secara berurutan, dimulai dengan memeriksa tanda-tanda bahaya umum seperti:
Setelah itu petugas kesehatan akan menanyakan keluhan utama
lain:
Berdasarkan hasil penilaian hal-hal tersebut di atas,
petugas akan mengklasifikasi keluhan/penyakit anak, setelah itu petugas
melakukan langkah-langkah tindakan/pengobatan yang telah ditetapkan dalam
penilaian/klasifikasi. Tindakan yang dilakukan dapat berupa:
Perlu diketahui, untuk bayi yang
berusia s/d 2 bulan, dipakai penilaian dan klasifikasi bagi Bayi Muda (0-2
bulan) memakai Manajemen Terpadu Bayi Muda (MTBM) yang merupakan bagian
dari MTBS.

Tidak ada komentar:
Posting Komentar