Senin, 14 Oktober 2013

MTBS ( Manajemen Terpadu Balita Sakit )


Pengertian 


  MTBS ( Manajemen Terpadu Balita Sakit ) atau  IMCI (Integrated Management of Childhood Illness ) adalah suatu pendekatan yang terintegrasi/terpadu dalam tatalaksana balita sakit dengan fokus kepada kesehatan anak usia 0-5 tahun (balita) secara menyeluruh. MTBS bukan merupakan suatu program kesehatan tetapi suatu pendekatan/cara menatalaksana balita sakit. Kegiatan MTBS merupakan upaya yang ditujukan untuk menurunkan kesakitan dan kematian sekaligus meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan anak balita di unit rawat jalan kesehatan dasar seperti Puskesmas, Pustu, Polindes, Poskesdes, dll.
 Bila dilaksanakan dengan baik, upaya ini tergolong lengkap untuk mengantisipasi penyakit-penyakit yang sering menyebabkan kematian bayi dan balita. Dikatakan lengkap karena meliputi upaya kuratif (pengobatan), preventif (pencegahan), perbaikan gizi, imunisasi dan konseling (promotif). Badan Kesehatan Dunia WHO telah mengakui bahwa pendekatan MTBS sangat cocok diterapkan negara-negara berkembang dalam upaya menurunkan kematian, kesakitan dan kecacatan pada bayi dan balita.
Ada 3 komponen dalam penerapan strategiMTBS yaitu:
  1. Komponen I : meningkatkan ketrampilan petugas kesehatan dalam tatalaksana kasus balita sakit (dokter, perawat, bidan, petugas kesehatan)
  2. Komponen II : memperbaiki sistem kesehatan agar penanganan penyakit pada balita lebih efektif
  3. Komponen III : Memperbaiki praktek keluarga dan masyarakat dalam perawatan di rumah dan upaya pencarian pertolongan kasus balita sakit (meningkatkan pemberdayaan keluarga dan masyarakat, yang dikenal sebagai “Manajemen Terpadu Balita Sakit berbasis masyarakat”).
Untuk keberhasilan penerapan MTBS, proporsi penekanan pada ketiga komponen harus sama besar.
Tujuan MTBS ( Manajemen Terpadu Balita Sakit )
            Adanya program dari WHO ini adalah bertujuan untuk :     
*    Menurunkansecara bermakn aangka kematian dan kesakitan yang terkait penyakit tersering pada balita.
*    Memberikan kontribusi terhadap pertumbuhan dan perkembangan kesehatan anak.

Menurut data Riskesdas tahun 2007, penyebab kematian perinatal 0 – 7 hari terbanyak adalah :
*      gangguan/kelainan pernapasan (35,9 %),
*      prematuritas (32,4 %),
*      sepsis (12,0 %).
Sedangkan penyebab kematian neonatal 7 – 29 hari disebabkan oleh:
*      sepsis (20,5 %),
*      malformasi kongenital (18,1 %) dan
*      pneumonia (15,4 %).

Kematian yang terjadi pada  bayi terbanyak disebabkan karena:
*      diare (42 %) dan
*      pneumonia (24 %)

Penyebab kematian yang terjadi pada balita disebabkan karena :
*      diare (25,2 %),
*      pneumonia (15,5 %) dan
*       DBD (6,8 %).

Penyakit-penyakit terbanyak pada balita yang dapat di tata laksana dengan MTBS adalah penyakit yang menjadi penyebab utama kematian, antara lain :
ü  Pneumonia
ü  Diare
ü  Malaria
ü  campak dan
ü  kondisi yang diperberat oleh masalah gizi (malnutrisi dan anemia).
Langkah pendekatan pada MTBS adalah dengan menggunakan algoritma sederhana yang digunakan oleh perawat dan bidan untuk mengatasi masalah kesakitan pada Balita. Bank Dunia, 1993 melaporkan bahwa MTBS merupakan intervensi yang cost effective untuk mengatasi masalah kematian balita yang disebabkan oleh Infeksi Pernapasan Akut (ISPA), diare, campak malaria, kurang gizi, yang sering merupakan kombinasi dari keadaan tersebut.

Pendekatan MTBS di Indonesia pada awalnya dimanfaatkan untuk meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan di unit rawat jalan kesehatan dasar (Puskesmas dan jaringannya termasuk Pustu, Polindes, Poskesdes, dll). MTBS mengkombinasikan perbaikan tatalaksana kasus pada balita sakit (kuratif) dengan aspek gizi, imunisasi dan konseling ( promotif dan preventif).
Agar penerapan MTBS dapat berjalan sebagaimana yang diharapkan, maka diperlukan langkah-langkah secara sistematis dan menyeluruh, meliputi :
*   pengembangan sistem pelatihan,
*   pelatihan berjenjang,
*   pemantauan pasca pelatihan,
*   penjaminan ketersediaan formulir MTBS,
*   ketersediaan obat dan alat, serta
*   bimbingan teknis dan lain-lain.

Mengingat MTBS telah diterapkan di Indonesia sejak 1997 dan banyak pihak yang telah berkontribusi dalam pelatihan MTBS, tentunya banyak tenaga kesehatan yang telah dilatih MTBS dan banyak insitusi yang terlibat di dalamnya. Sudah banyak fasilitator dilatih MTBS dan para fasilitator ini sudah melatih banyak tenaga kesehatan, baik di tingkat desa dan puskesmas.
Keberhasilan penerapan MTBS tidak terlepas dari adanya monitoring pasca pelatihan, bimbingan teknis bagi perawat dan bidan, kelengkapan sarana dan prasarana pendukung pelaksanaan MTB termasuk kecukupan obat-obatan. Namun, hal tersebut seringkali dihadapkan pada keterbatasan alokasi dana, sehingga diperlukan suatu metode lain untuk meningkatkan ketrampilan bidan dan perawat serta dokter akan MTBS melalui komputerisasi atau yang lebih dikenal dengan ICATT (IMCI Computerize Adaptation Training Tools), yaitu suatu aplikasi inovatif software berbasis komputer untuk MTBS yang mempunyai 2 tujuan, yaitu :
*   Untuk adaptasi pedomanMTBS  
*   Untuk pelatihan MTBS melalui komputer.

Cara menatalaksana balita sakit dengan MTBS

Seorang balita sakit dapat ditangani dengan pendekatan MTBS oleh Petugas kesehatan yang telah dilatih. Petugas memakai tool yang disebut Algoritma MTBS untuk melakukan penilaian/pemeriksaan dengan cara menanyakan kepada orang tua/wali, apa saja keluhan-keluhan/masalah anak kemudian memeriksa dengan cara 'lihat dan dengar' atau 'lihat dan raba'. Setelah itu petugas akan mengklasifikasikan semua gejala berdasarkan hasil tanya-jawab dan pemeriksaan. Berdasarkan hasil klasifikasi penyakit, petugas akan menentukan tindakan/pengobatan, misalnya anak dengan klasifikasi Pneumonia Berat atau Penyakit Sangat Berat akan dirujuk ke dokter Puskesmas.
              Contoh sistematis dan terintegrasinya pendekatan MTBS, ketika anak sakit datang berobat, petugas kesehatan akan menanyakan kepada orang tua/wali secara berurutan, dimulai dengan memeriksa tanda-tanda bahaya umum seperti:
*      Apakah anak bisa minum/menyusu?
*      Apakah anak selalu memuntahkan semuanya?
*      Apakah anak menderita kejang ?
*      Kemudian petugas akan melihat/memeriksa apakah anak tampak letargis/tidak sadar?

Setelah itu petugas kesehatan akan menanyakan keluhan utama lain:
*   Apakah anak menderita batuk atau sukar bernafas?
*   Apakah anak menderita diare?
*   Apakah anak demam?
*   Apakah anak mempunyai masalah telinga?
*   Memeriksa status gizi
*   Memeriksa anemia
*   Memeriksa status imunisasi
*   Memeriksa status pemberian vitamin A
*   Menilai masalah/keluhan-keluhan lain

Berdasarkan hasil penilaian hal-hal tersebut di atas, petugas akan mengklasifikasi keluhan/penyakit anak, setelah itu petugas melakukan langkah-langkah tindakan/pengobatan yang telah ditetapkan dalam penilaian/klasifikasi. Tindakan yang dilakukan dapat berupa:
*        Mengajari ibu cara pemberian obat oral di rumah
*        Mengajari ibu cara mengobati infeksi lokal di rumah
*        Menjelaskan kepada ibu tentang aturan-aturan perawatan anak sakit di rumah, misalnya  aturan penanganan diare di rumah
*        Memberikan konseling bagi ibu, misal: anjuran pemberian makanan selama anak sakit maupun dalam keadaan sehat
*        Menasihati ibu kapan harus kembali kepada petugas kesehatan. dll

Perlu diketahui, untuk bayi yang berusia s/d 2 bulan, dipakai penilaian dan klasifikasi bagi Bayi Muda (0-2 bulan) memakai Manajemen Terpadu Bayi Muda (MTBM) yang merupakan bagian dari MTBS.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar