Sikap Pembimbing dalam pendidikan orang dewasa terbagi menjadi 2, yaitu : sikap non-fisik dan sikap fisik .
Sikap Non-Fisik
William P. Gordan Jr. Dalam karangan pendek berjudul “On Becoming a Trainer” mengungkapkan kesimpulan pengalamannya sebagai pembimbing kelompok belajar sebagai berikut:
a. Dibanding dengan tujuan dan teknik pendidikan yang diterapkan, sikap pembimbing ternyata mempunyai pengaruh yang jauh lebih besar terhadap keberhasilan belajar peserta.
b. Hubungan antar manusia dalam situasi belajar akan menghasilkan “pelajaran” yang lebih baik (dan juga lebih banyak), apabila:
· Dapat diciptakan suatu suasana yang memacu terjadinya introspeksi, evaluasi diri, keterbukaan, spontanitas dan pengarahan diri, serta kemudian, dalam suasana yang seperti ini.
· Dapat dimunculkan dapat dimunculkan berbagai macam pilihan, terhadap pilihan-pilihan mana kemudian.
· Terbuka kesempatan dan kebebasan (yang memadai) untuk melakukan pilihan.
c. Dalam suatu proses interaksi yang memungkinkan pertumbuhan dan perkembangan, semakin jelas terlihat adanya suatu dimensi-dimensi inti.
d. Seperti yang dianjurkan oleh S.M. Jourard, C. Rogers, A. Maslow dan R. May, agar dimensi-dimensi inti ini menjadi ada, seorang pembimbing kelompok belajar haruslah berupaya untuk memiliki sikap-sikap yang menjadi bagian dari perilaku, yangdalam kalimat singkat, dirumuskan sebagai berikut:
Empathy
o “Menyetel” diri pada”gelombang pemancar” para peserta
o Melihat situasi sebagaimana mereka melihatnya
o Mengadaptasikan suatu kerangka acuan
o Berad dan bersatu dengan peserta
o Membiarkan diri sendiri mengalami dan menyatu dalam pengalaman para peserta
o Merenungkan makna pengalaman itu sambil menekan penilaian diri sendiri, kemudian mengkomunikasikan pengertian itu kepada mereka
o Bersikap manusiawi dan tidak bereaksi secara mekanis dan memahami masalah peserta hanya secara intelektual
o Ikut merasakan arti manusia dan benda bagi mereka
Jujur, apa adanya, wajar, terus terang, konsisten,dan terbuka
o Mencerminkan perasaan yang sebenarnya
o Mengatakan apa adanya
o Menyerahkan diri yang sebenarnya dan senyatanya
o Menghindari memainkan secara sadar mungkin tak sadar-peran sebagai pengajar
o Mengungkapkan perasaan secara kongkret
o Percaya bahwa saya tidak membahayakan diri apabila uatu saat saya tidak waspada, tidak berdaya, atau membuka diri
o Memberikan reaksi dan tanggapan secara tulus
Respek
o Mempunyai pandangan positif terhadap peserta
o Mengkomunikasikan kehangatan, perhatian, pengertian
o Menerima orag lain dengan penghargaan penuh
o Menghargai perasaan, pengamatan, kemampuan mereka
o Menghargai perasaan dan pengalaman saya sendiri
Komitmen Dan Kehadiran
o Menghadirkan diri secara penuh
o Siap menyertai kelompok dalam segala keadaan
o Mengakui secara jujur kalau merasa bosan atau pikiran melayang jauh
o Melibatkan diri dalam suka duka kelompok
Mengakui Kehadiran Orang Lain
o Mengakui adanya orang lain
o Tidak menonjolkan diri
o Bergaul dengan mereka
o Menunjukan kepada mereka bahwa saya sadar akan kehadirannya
o Mengakui setiap peserta sebagai makhluk yang berhak ada disana dan bertanggung jawab atas kehadinnya
Mebuka Diri
o Menerima keterbukaan orang lain tanpa menilai dengan ukuran, konsep danpengalaman saya sendiri
o Setiap saat bersedia merubah sikap, pendapat, serta konsep saya sendiri
o Tidak bersikap ngotot, sehingga dengan demikian, akan terbuka kesempatan munculnya alternatif-alternatif, kemungkinan-kemungkinan, pemikiran-pemikiran yang baru
o Secara aktif mengungkapkan diri kepada oarang lain
o Memperkenalkan diri kepada kelompok, apa yang saya rasakan, apa harapan saya, bagaimana pandangan saya, suka duka saya
o Mau mengambil resiko melakukan kekeliruan
Sehubungan dengan pendapat Gorden Jr. Seperti diuraikan diatas, A.G. Lunandi, yang berpengalaman sebagai pembimbing pendidikan orang dewasa di Indonesia, dalam bukunya memberikan catatan dan saran sebagai berikut:
a. Pendapat Golden Jr diuraikan diatas, mengacu pada pengalamanny sebagai pembimbing pendidik orang dewasa di Amrika Serikat, dengan latar belakang kebudayaan dan kerangka acuan yang khas Amerika Serikat
b. Sikap mental yang diungkapkan Golden Jr seperti diuraikan diatas, pada prinsipnya adalah tepat. Namun, untuk diterapkan di Indonesia perlu disesuaikan, sebagai contoh misalnya:
o Batas-batas “keterbukaan” orang Amerika Serikat berbeda dengan batas-batas “keterbukaan” orang Indonesia, bahkan diantara sesama bangsa Indonesia pun tidak sama
o Yang dianggap sebagai “kewajaran” di AS belum tentu dipandang sebagai “kewajaran” di Indonesia, demikian juga sesuatu yang dianggap “kewajaran” di kota Jakarta belum tentu dianggap wajar di kota lain
c. Dalam bertindak sebagai pembimbing disuatu program pendidik orang dewasa di Indonesia, hal yang perlu diperhatikan (dalam kalimat singkat) adalah sbb:
Tidak Menggurui
o Program pendidik orang dewasa, pesertanya adalah orang dewasa yang mempunyai (merasa mempunyai) keahliannya sendiri, pengalamannya sendiri, dan sering kali pemimpin dalam lingkungannya. Sikap atau tingkah menggurui (atau bahkan yang hanya terkesan menggurui) dapat dirasakan peserta sebagai meremehkan dirinya.
o Ucapan seperti “anda salah, mestinya begini”, dapat membuat orang merasa diserang, dan sebagai reaksinya, ia hanya berkata dalam hati, tapi juga dapat secara agresif mengucapkan secara terbuka: “itukan kata anda, saya telah melakukan seribu kali, tidak ada masalah, hasilnya baik”.
o Nada-nada ucapan mempersalahkan haruslah dimodifikasi menjadi ucapan yang yang bernada membuka alternatif, bukan menggurui tapi menawarkan cara lain. Sebagai contoh misalnya:
“anda salah, mestinya begini”
Tanpa kehilangan maksudnya, akan jauh lebih bijaksana apabila diucapkan sbb:
“memang ada yang melakuakan begitu, tetapi baik kiranya kita pikirkan kemungkinan melakukannya dengan cara lain, seperti...”
Tidak Menjadi “Ahli”
o Tidak terpancing untuk menjawab setiap pertanyaan, seakan-akan pembimbing harus ahli dalam segala hal dan segala bidang
o Tidak pernah mau mengatakan “SAYA TIDAK TAHU” atau “SAYA BELUM MENGETAHUINYA” walaupun sebenarnya belum (tidak) tahu, lalu berusaha menjawab setiap pertanyaan, sangat beriko menjadi “memberikan keterangan kurang tepat atau salah sama sekali”. Padahal, diantara peserta, sangat mungkin ada yang lebih mengetahui mengenai masalah yang dipertanyakan
o Peserta sebenarnya akan senang jika sekali-kali pembimbing tidak langsung menjawab pertanyaan, melainkan melontarkannya kepada peserta “Apakah diantara anda ada yang dapat menjawab pertanyaan kawan kita?
o Sama sekali tidak menurunkan gengsi pembimbing apabila ia menyatakan: “Mengenai yang ditanyakan ini, maaf saya kurang mengetahui, saya akan carikan keterangan untuk anda nanti”.
Tidak Memutuskan Pembicaraan:
o Pada waktu peserta bertanya, atau mengemukan pandangan, sebaiknya pembimbing tidak memutuskan hanya karena kebetulan ia merasa tak sabar.
o Apabila memang penanya bertele-tele, atau pembicaraan mengemukakan sesuatu yang tidak relevan, dan peserta lain nampak mulai gelisah, maka pembimbing sebaiknya dapat mengambil tindakan bijaksana, seperti misalnya dengan mengatakan:
“Kawan-kawan sudah ingin mengetahui inti pertanyaan anda”, atau
“Apa yang anda kemukakan memang baik, tetapi mungkin akan lebih baik kalau kita perbincangkan dalam kesempatan lain, karena tidak begitu berkaitan dengan masalah yang kita bahas”
Tidak Berdebat
o Apabila pertanyaan sudah dijawab pembimbing, dan penanya menyanggahnya atau mengajukan pertanyaaan lagi dan menanggapi dst. Sehingga terbuka kemungkinan dapat atau diskusi atau dialog terbuka hanya antar 2 orang, situasi dan kondisi yang demikian haruslah dihindari misalnya: dengan mengalihkannya menjadi diskusi umum dengan melontarkannya kepada seluruh kelompok
o Bertanya jawab dengan satu orang saja ditengah sekian banyak peserta akan menimbulkan kebosanan dan kejengkelan.
Tidak Diskriminatif
Seorang pembimbing haruslah berusaha memberi perhatiaan kepada semua peserta secara merata, bukan hanya kepada satu, dua atau beberapa peserta yang secara pribadi disukainya.
Sikap Fisik
Para pembimbing perlu membiasakan diri menunjukan sikap fisik yang membantu kearah terciptanya suasana belajar yang menyenangkan. Dengan tetap memperhatikan perbedaan “nilai yang berlaku” yang ada pada diri peserta. Secara umum, sikap-sikap tubuh yang akan berdampak baik apabila diperhatikan adalah sbb:
a. Variasi
Orang dewasa akan sulit memusatkan perhatiaan pada suatu kegiatan yang menonton. Pembimbing yang duduk terus menerus atau berdiri disatu itik saja, akan lebih cepat membuyarkan konsentrasi mereka. Duduk terus, apalagi dibelakang meja, mengurangi rasa akrab dengan peserta. Sebaiknya pembimbing duduk, berdiri dan berjalan silih berganti.
b. Pandangan
Sangatlah membosankan untuk memusatkan perhatian pada “penceramah” yang membaca catatan tanpa perbah atau jarang memandang para pendengarnya. Peliharalah kontak pandang dengan peserta. Hindari memandang peserta tertentu secara terus-menerus. Pandangan yang “menyapu” dari ujung satu ke ujung lain, menyinggahi sebanyak mungkin peserta adalah yang terbaik. Dengan demikian peserta akan merasa diperhatikan secara merata. Selain itu, pembimbing akan semakin berpeluang dapat menangkap lebih banyak umpan balik dari isyarat-isyarat non-verbal, seperti ,isalnya: yang berupa anggukan, kerutan dahi, cibir bibir, bengong, dll. Hindari memandang langit-langit ruangan atau titik di dinding melampaui kepala peserta, secara terus menerus.
c. Tangan
Hindari hal-hal seperti: meremas-remas kapur tulis sehingga telapak tangan menjadi warna putih berlebihan, tek henti-hentinya membetulkan letak duduk kaca mata dll, yng menunjukan kegelisahan, tolak pinggang dll, yang mengesankan kesombongan
d. Langkah
Melangkah mundur-maju, ke kiri dan ke kanan tanpa perlunya, akan menimbulkan kesan ketegangan.
e. Senyum
Modal paling berharga bagi seorang pembimbing adalah senyumanya, senyum yang terpancar dari jiwa keramahan dan keakraban dengan peserta.
f. Pakaian
Dalam pendidikan oarang dewasa, mengingat orang dewasa berpegang pada norma tertentu dan sikapnya kritis, pakainan yang dikenakan pembimbing haruslah dengan cermat. Peserta akan senang melihat pembimbing berpakaian tidak jauh berbeda dengan mereka sendiri, sehingga merasa cukup akrab dan memungkinkan keterbukaan. Kerapiaan sangat dihargai. Kemewahan tidak perlu, bahkan sebaiknya dihindari.
2.3 Faktor Yang Mempengaruhi Sikap Dan Peran Pendidk
Faktor-faktor yang mempengaruhi sikap dan peran pembimbing dan juga merupakan faktor-faktor yang perlu diperhatikan dalam menentukan sikap dan peran yang akan “dimainkan” adalah sbb:
a. Tujuan Dan Rancangan Pendidikan
Jika tujuannya (misalnya) menyampaikan pengetahuaan baru, maka peran pembimbing lebih banyak sebagai penceramah.apabila tujuannya lebih berat pada peningkatan aktivitas kerja sama dalam organisasi, maka peran pembimbing lebih sebagai konsultan.
b. Lamanya Pendidikan
Jika waktu yang tersedia pendek, maka sikap dan peran yang dapat dimainkan menjadi lebih terbatas pada hal-hal yang sifatnya mengarahkan. Jika waktu yang tersedia lebih panjang maka pembimbing akan lebih banyak berkesempatan “mengelola” pengalaman belajar peserta.
c. Komposisi Peserta
Peserta pendidikan orang dewasa umumnya heterogen dalam banyak hal, hanya berbeda secara gradual antar kelompokyang satu dengan yang lain. Semakin tinggi status seorang peserta, maka semakin tidak tahan ia “digurui”, sedang yang statusnya lebih rendah cenderung menjadi pasif dan penuh keraguaan, serta lebih senang kalau diberi resep-resep saja. Sehubungan dengan hal ini, dalam menentukan sikap dan peran yang akan “dimainkannya”, pembimbing perlu mempertimbangkan, perbedaan usia, latar belakang pengalaman, pendidikan, pengetahuan, sikap, jenis kelamin, yang ada diantara sesama peserta.
d. Harapan Peserta
Jarang sekali orang dewasa menghadiri suatu program pendidikan tanpa harapan tertentu. Makin tinggi harapan peserta, akan menjadi semakin sulitlah pembimbing dapat memenuhi harapan itu. Peserta biasanya mengharapkan memperoleh pengetahuan dan pengalam baru (yang bukan itu-itu saja), serta juga penyajiaan yang menarik. Akan menjadi lebih baik jika sejak semula pembimbing mengetahui apa saja harapan peserta, kemudian berusaha meletakkan harapan-harapan tersebut pada porsi yang wajar.
e. Harapan Penyelenggara
Sehubungan dengan hal ini, dalam menentukan sikap dan peran yang akan “dimainkannya”, yang perlu dipertimbangkan pembimbing diantaranya adalah: keselarasannya (harapan penyelenggara) dengan harapan peserta, kondisi awal peserta.
f. Profesi Pembimbing
Masing-masing pembimbing sebenarnya adalah pribadi-pribadi yang unik diantara sesamanya. Masing-masing mempunyai latar belakang pengetahuan, pengalaman, profesi, hobi, sikap yang tidak persis sama. Seorang guru SD yang terjun dalam kegiatan pendidikaan orang dewasa misalnya, sering kali membutuhkan waktu lama untuk dapat merubah sikap guru Sdnya. Seorang sarjana psikologiklinik cenderung akan memusatkan perhatiannya pada proses belajar individual, namun sarjana psikologi sosial akan cenderung untuk lebih memperhatikan kelompok. Pengetahuan tentang spesialisasi metode dan prinsip pendidikan orang dewasa akan banyak membantu pembimbing untuk secara kreatif menentukn gaya, pusat perhatian, sikap dan peran yang akan “dimainkannya”.
g. Kondisi Fisik Dan Psikis Pembimbing
Keletihan fisik, kecemasan, adalah faktor-faktor yang mempengaruhi efektifitas kerja sebagai seorang pembimbing serta keluwesan memyesuaikan diri terhadaap keadaan yang dihadapi (peserta, penyelenggara, fasilitas)

Tidak ada komentar:
Posting Komentar