adalah untuk melibatkan para siswa dalam belajar. Namun model yang paling umum dari pengajaran berbasis kelas dan proses pembelajaran yang digunakan dalam teknik pembelajaran beberapa puluh tahun terakhir seperti yang terlihat pada gambar 1(a) di bawah ini .
Pada gambar 1(a) di atas menggambarkan bahwa siswa menerima informasi hanya dari guru saja. Sedangkan pada gambar 1(b) menggambarkan bahwa informasi melewati tidak hanya dari guru kepada siswa, tetapi juga dari siswa untuk guru dan anatra sesama siswa lainnya.
Model dari proses belajar-mengajar pada Gambar 1 (b) didasarkan pada kerjasama, belajar bersama untuk mencapai tujuan bersama. Dalam kegiatan kerjasama individu mencari hasil yang bermanfaat bagi diri sendiri dan bermanfaat bagi semua anggota kelompok lainnya.
Pembelajaran kooperatif adalah penggunaan pembelajaran kelompok kecil sehingga siswa bekerjasama untuk belajar [10, 11]. Pembelajaran kooperatif dengan hati-hati dan terstruktur melibatkan orang yang belajar dalam kelompok untuk mencapai tujuan bersama, di bawah kondisi yang melibatkan keduanya saling ketergantungan yang positif .
Pembelajaran berbasis masalah (PBL) merupakan pemahaman dari proses kerja sebagai bagian dari pemahaman atau pemecahan masalah. Masalahnya ditemui pertama dalam proses pembelajaran
Mengidentifikasi
enam fitur
inti dari
PBL, yaitu :
- · Belajar adalah berpusat pada siswa.
- · Belajar terjadi dalam kelompok-kelompok kecil siswa.
- · Guru adalah fasilitator atau pembimbing.
- · Masalah adalah fokus mengatur dan stimulus untuk belajar.
- · Masalah adalah kendaraan untuk pengembangan keterampilan pemecahan masalah klinis.
· Informasi baru
diperoleh melalui pembelajaran
mandiri secara langsung. II. TEORI DAN BUKTI PENELITIAN
A. Penelitian
Pembelajaran Kooperatif
Sekitar
305 studi terletak
di Cooperative Learning Center dan
digunakan untuk membandingkan efektivitas relatif dari pembelajaran kooperatif, kompetitif, dan individualistis dalam pengaturan perguruan tinggi dan orang dewasa .
Berbagai
hasil dapat diklasifikasikan menjadi tiga kategori utama: keberhasilan akademis, kualitas hubungan,
dan penyesuaian psikologis dengan kehidupan kampus. Selain itu, ada sejumlah penelitian tentang sikap siswa terhadap pengalaman kuliah.
1) Keberhasilan
Akademik : Salah satu tujuan paling
penting bagi teknik
pendidik adalah bahwa siswa berhasil secara akademis. Keberhasilan akademis,
di atas segalanya, tujuan perguruan
tinggi dan tujuan siswanya. Antara 1924 dan 1997, studi penelitian
yang ketat lebih dari 168 studi
penelitian ketat dilakukan membandingkan
efektivitas relatif dari pembelajaran
kooperatif, kompetitif, dan
individualistis pada pencapaian individu
delapan belas tahun dan lebih tua.
Ini merupakan subset
dari 305 studi yang fokus pada pencapaian siswa.
Penelitian lain difokuskan pada sikap siswa, ketekunan (atau retensi), dan tindakan
tergantung lainnya. Studi ini
menunjukkan bahwa pembelajaran
kooperatif mempromosikan prestasi
individu lebih tinggi daripada
pendekatan kompetitif atau yang individualistik.
2)
Kualitas
hubungan :
Tom
Boyle British Telecom
menyebutnya
usia saling ketergantungan,
ia berbicara tentang pentingnya kecerdasan jaringan orang,
untuk membentuk koneksi (hubungan)
dengan satu sama lain. Boyle berpendapat, ini lebih penting daripada IQ. Hubungan interpersonal yang positif dipromosikan oleh pembelajaran
kooperatif sangat penting untuk komunitas
pembelajaran saat ini.
3)
Penyesuaian
psikologis: Menghadiri
perguruan tinggi, terutama rekayasa sekolah, yang
membutuhkan penyesuaian pribadi
cukup besar bagi banyak siswa.
4) Sikap terhadap
pengalaman kuliah :
Sejumlah studi menunjukkan bahwa
pembelajaran kooperatif mempromosikan
sikap yang lebih positif terhadap
belajar, area subyek, dan perguruan tinggi dari pada pembelajaran kompetitif atau individualistis . Selanjutnya, sejumlah
teori-teori psikologi sosial memprediksi bahwa , nilai-nilai
siswa, sikap, dan
pola perilaku yang paling efektif apabilaberkembang
dan berubah dalam kelompok
kooperatif.
B. Penelitian pembelajaran Berbasis Masalah
Pembelajaran
berbasis masalah kini muncul kembali dalam pendidikan profesional, termasuk
pendidikan teknik [57] disamping penelitian pada PBL. PBL bukanlah hal yang
baru; PBL sudah dimulai sejak 1968 pada program M.D. universitas McMaster di
Hamilton, Ontario, Canada. McMaster meluluskan kelas PBL perdananya pada tahun
1972. Di waktu yang sama perguruan tinggi Human Medicine di Universitas Negeri
Michigan menerapkan program berbasis masalah.
Dochy,
Segers, Van den Bossche, and Gijbels [59] memberikan sebuah meta-analisis
sempurna dan terkini dari penelitian PBL
yang mempertimbangkan pengaruh PBL pada pemerolehan
pengetahuan dan kemampuan untuk menerapkan pengetahuan. Hasil peneletian ini
menyimpulkan siswa PBL
lebih baik dalam menerapkan pengetahuan (kemampuan) mereka, dengan
kedua penghitungan suara yang
signifikan secara statistik dan ukuran efek gabungan (0.46). Juga harus diperhatikan bahwa penelitian
tentang kegunaan PBL ini dimulai untuk dikembangkan untuk bidang non medis. Prince
memberikan sebuah kesimpulan yang sangat baik tentang penelitian PBL, termasuk
karya monumental Albanese dan Mitchell [61] dan Vernon dan Blake [62] di Akademi Medis. Dia mengatakan bahwa
hasilnya merupakan caampuran siswa sekolah medis bahwa “ketika PBL sudah
digunakan di program strata teknik ada sedikit data tentang keefektifitasannya
terhadap populasi siswa ini” [51, p.228]. Hal ini penting untuk ditetapkan PBL
sebagaimana dipelajari di pendidikan medis, melibatkan 7 sampai 10 siswa dengan
tutor yang telah ditunjuk, sedangkan model PBL di teknik biasanya melibatkan
kelompok yang terdiri dari 3 atau 4 siswa,, sering mengguakan model pembelajaran koopertif formal, terutama tanpa tutor.
IV. PENERAPAN
KELAS
Dari tiga
aspek utama dari pembelajaran kooperatif dan pembelajaran berbasis
masalah—teori, penelitian, dan praktik— sebuah
praktik
harus minimal dikembangkan dan kemungkinan yang paling sulit. Praktik kelas
meliputi pembelajaran kooperatif dan pembelajaran berbasis masalah
merupakan suatu yang kompleks untuk kedua rancangan dan mengimplementasikannnya disamping
mengelola selama penelitian. Kelompok
pembelajaran kooperatif informal (sering
mengarah ke pembelajaran aktif), kelompok pembelajaran kooperatif formal dan
kelompok berbasis kooperatif merupakan secara umum diterapkan oleh fakultas
teknik.
pembelajaran kooperatif informal
biasanya digunakan secara dominan di perkuliahan dan dijelaskan secara singkat. Pembelajaran kooperatif formal bisa
digunakan pada kelas konten intensif dimana penguasaan materi dan prosedur
menjadi yang utama.
A. Penerapan Pembelajaran Kooperatif ( Aktif ) Informal
Pembelajaran
kooperatif informal terdiri dari kerjasama siswa untuk mencapai tujuan
pembelajaran bersama.
Contoh pembelajaran kooperatif informal ,siswa disuruh
setiap 10-15 menit untuk berdiskusi tentang apa yang mereka pelajari .
Membagi
perkuliahan dengan waktu kooperatif pendek menghabiskan sedikit waktu kuliah,
tetapi melibatkan siswa kembali. Selama perkuliahan dengan pengajaran langsung,
instruktur memastikan siswa mengerjakan tugas intelektual dengan materi yang
terorganisir, menjelaskan, menyimpulkan, dan mengintegrasikannya. Teknik
pembeljaran kooperatif informal secara umum meliputi “diskusi terfokus” sebelum
dan sesudah pembelajaran (akhir) dan secara bergantian
berdiskusi dengan teman selama pembelajaran.
Sebagaimana
kemiripan perolehan fakultas dengan penilaian real-time dan pembelajaran kooperatif informal, mereka sering
mengubah formatnya. Contoh, jika mayorits siswa memilih jawaban benar dari
pertanyaan konsep, instruktur mungkin menyuruh siswa untuk merefleksikan
rasional pokok sebagai jawaban mereka
dan berdiskusi dengan teman sebelahnya. Jika mayoritas siswa memilih jawaban
salah dari pertanyaan konsep, instruktur mungkin mencoba menjelaskan kembali
dengan cara yang berbeda. Jika jawabannya merupakan kombinasi benar dan salah,
instruktur akan menyuruh mereka berdiskusi dengan teman sebelahnya, membandingkan
jawaban dan memantau mereka mendapatkan persetujuan jawaban.
Pembelajaran
kooperatif informal memastikan siswa secara aktif terlibat dalam memahami apa
yang mereka pelajari. Ini juga memberikan waktu untuk instruktur untuk
mmengumpulkan ide-idenya, menata catatan, istirahat, dan mengelilingi kelas
mendengarkan apa yang siswa bicarakan. Mendengarkan siswa berdiskusi bisa
memberikan petunjuk dan wawasan keppada instruktur tentang seberapa baik siswa
memahami konsep dan materi yang diajarkan.
B. Penerapan Kelompok
Pembelajaran Kooperatif Formal
Kelompok pembelajaran kooperatif formal
lebih terstruktur dari pada
kelompok pembelajaran koopertif informal
. Kelompok pembelajaran kooperatif formal yang terstruktur
dengan baik dibedakan dari yang
kurang terstruktur pada karakterisitik basis yang disajikan
pada Tabel 1
berikut ini..
|
Tidak Terstruktur
(Tradisional)
|
Lebih Terstruktur
(Kooperatif)
|
|
Ketergantungan
rendah. Anggota hanya bertanggung jawab atas dirinya. Fokus pada produk
tunggal (laporan atau persentasi)
|
Ketergantungan
positif tinggi. Anggota bertanggung jawab atas dirinya dan yang lainnya.
Fokus pada kinerja bersama.
|
|
Hanya
ada akuntabilitas individual, biasanya melalui ujian dan kuis.
|
Akuntabilitas
pada kelompok dan individual. Anggota menjaga akuntabilitas sendiri
dan yang lainnya untuk kinerja yang berkualitas tinggi.
|
|
Sedikit
atau tidak ada perhatian kepada pembentukan kelompok (siswa biasanya
memilih-milih anggota), kelompok menjadi besar (4-8 anggota)
|
Kelompok yang sengaja dibentuk (acak
dari segi
distribusi pengetahuan / pengalaman,
minat) merupakan
kelompok kecil ( 2 - 4 anggota )
|
|
Tugas
didiskusikan dengan komitmen kecil pada pembelajaran satu dengan yang lain.
|
Anggota
membantu keberasilan yang lainnya, mengerjakan kerja nyata bersama, saling
memabntu dan mendukung.
|
|
Kemampuan
bekerja sama diacuhkan. Ketua ditunjuk untuk menugaskan partisipasi anggota
|
Kemampuan
bekerja sama ditekankan. Anggota diajarkan dan diharapkan untuk mengkolaborasikan
kemampuan. Kepemimpinan dilakukan
secara bergantian (dengan bergiliran) pada setiap anggota.
|
|
Tidak
ada kualitas pada kinerja kelompok.. Pencapaian individual yang diperhatikan.
|
Kelompok menghasilkan kinerja
berkualitas dan seberapa effektif anggota bekerja sama. Kemajuan berkesinambungan
ditekankan.
|
Dari karakter-karakter tersebut, terdapat 5 elemen pokok untuk keberhasilan pelaksanaan kelompok
pembelajaran kooperatif formal yaitu :
·
saling
ketergantungan yang positif.
·
tatap
muka interaksi promotif.
·
akuntabilitas
individu / tanggug jawab personal.
·
kemampuan
bekerja sama, dan
·
pengolahan
kelompok.
C.
Penerapan Kelompok Dasar Kooperatif
Kelompok
dasar biasanya mengelola
dokumen pada hari-hari tertentu
saja dengan menggunakan folder
kelompok atau kelompok diskusi berbasis
Web. Anggota kelompok dasar
harus bertukar alamat
e-mail dan atau
nomor telepon dan informasi tentang jadwal, dan bertemu
di luar kelas. Ketika siswa memiliki keberhasilan, wawasan,
pertanyaan, atau kekhawatiran
yang ingin mereka
bicarakan, mereka
dapat menghubungi anggota kelompok
dasar lainnya.
D. Pelaksanaan Pembelajaran Berbasis Masalah
Pembelajaran
berbasis masalah adalah teknik alami
yang digunakan karena memeragakan cara kerja yang paling teknikal dalam
prakteknya. Sebuah format khas
untuk pembelajaran kooperatif berbasis masalah
ditunjukkan pada Gambar 5. Format
ini menggambarkan Peran
guru dalam pembelajaran
kooperatif formal dan menunjukkan bagaimana
lima elemen penting dari sebuah pelajaran kooperatif yang terstruktur dengan baik dibentuk
[41 88].
Berikut ini terdapat sebuah format yang menggambarkan bagaimana Peran guru dalam pembelajaran
kooperatif formal dan menunjukkan bagaimana
lima elemen penting dari sebuah pembelajaran kooperatif
yang terstruktur dengan baik dibentuk.
TUGAS: Lengkapi tugas untuk menyelesaikan masalah
INDIVIDUAL: refleksikan dan identiifikasikan
masalah, formulasikan metode, atau perkirakan jawaban. Catat strategi.
KOOPERATIF: 1 rangkaian jawaban kelompok,
mendapatkan persetujuan; pastikan setiap orang bisa menjelaskaan strategi yang
digunakan untuk memecahkan setiap masalah.
KRITERIA KESUKSESAN YANG DIHARAPKAN: setiap orang
harus mampu menjelaskan strategi yang digunakan untuk menyelesaikan setiap
masalah.
EVALUASI: Jawaban terbaik terdapat pada sumber atau
pembatas yang tersedia.
AKUNTABILITAS INDIVIDU: satu anggota kelompok apa saja secara acak
dipilih untuk menjelaskan (a) jawaban, dan (b) bagaimana memecahkan setiap
masalah.
SIKAP YANG DIHARAPKAN: semua anggota secara aktif
berpartisipasi, memeriksa, menyemangati,
dan mengelaborasi.
KERJASAMA ANTAR KELOMPOK :kapanpun sangat berguna , memeriksa prosedur, jawaban, dan strategi dengan kelompok lainnya.
V. KERJA KE DEPAN
Makalah
ini difokuskan pada gambaran bagaimana pembelajaran kooperatif dan pembelajaran berbasis
masalah dapat meningkatkan keberhasilan akademik, kualitas hubungan, penyesuaian
psikologis, dan sikap terhadap pengalaman kuliah. Masih banyak hal yang harus dilakukan
dalam memajukan keterlibatan siswa
: memperluas teori-teori
yang mendasari hal tersebut, melakukan eksperimen
yang diformulasikan dengan baik yang menjelaskan komponen inti dari peningkatan
kesuksesan, dan pembinaan dan pengembangan komunitas teknik fakultas yang
menggunakannya.


ahaiideee
BalasHapusmantap bangett :)