Sabtu, 12 Oktober 2013

Keterlibatan Siswa : Praktek Berbasis Kelas


adalah untuk melibatkan para siswa dalam belajar. Namun model yang paling umum dari pengajaran berbasis kelas  dan proses pembelajaran yang digunakan dalam teknik pembelajaran  beberapa puluh tahun terakhir  seperti yang terlihat pada gambar  1(a) di bawah ini .           
               Pada gambar 1(a) di atas menggambarkan bahwa siswa menerima informasi hanya dari guru saja. Sedangkan pada gambar 1(b) menggambarkan bahwa informasi melewati tidak hanya dari guru kepada siswa, tetapi juga dari siswa untuk guru dan anatra sesama siswa lainnya.
                                                                   
               Model dari proses belajar-mengajar pada Gambar 1 (b) didasarkan pada kerjasama, belajar bersama untuk mencapai tujuan bersama. Dalam kegiatan kerjasama individu mencari hasil yang bermanfaat bagi diri sendiri dan bermanfaat bagi semua anggota kelompok lainnya.                                                              
                Pembelajaran kooperatif adalah penggunaan pembelajaran kelompok kecil sehingga siswa bekerjasama untuk belajar [10, 11]. Pembelajaran kooperatif dengan hati-hati dan terstruktur melibatkan orang yang belajar dalam kelompok untuk mencapai tujuan bersama, di bawah kondisi yang melibatkan keduanya saling ketergantungan yang positif .                                                                                                                                                                                                                        
                Pembelajaran berbasis masalah (PBL) merupakan pemahaman dari proses kerja sebagai bagian dari pemahaman atau  pemecahan masalah. Masalahnya ditemui pertama dalam proses pembelajaran



Mengidentifikasi enam fitur inti dari PBL, yaitu :
  • ·         Belajar adalah berpusat pada siswa.
  • ·         Belajar terjadi dalam kelompok-kelompok kecil siswa.
  • ·         Guru adalah fasilitator atau pembimbing.
  • ·         Masalah adalah fokus mengatur dan stimulus untuk belajar.
  • ·         Masalah adalah kendaraan untuk pengembangan keterampilan pemecahan masalah klinis.

·       Informasi baru diperoleh melalui pembelajaran mandiri secara langsung.                                                                                                                                                                II. TEORI DAN BUKTI PENELITIAN                                                             
   A. Penelitian Pembelajaran Kooperatif                                                         
         Sekitar 305 studi terletak di Cooperative Learning Center dan digunakan untuk membandingkan efektivitas relatif dari pembelajaran kooperatif, kompetitif, dan individualistis dalam  pengaturan  perguruan tinggi dan orang dewasa            . 
 Berbagai hasil dapat diklasifikasikan menjadi tiga kategori utama: keberhasilan akademis, kualitas hubungan, dan penyesuaian psikologis dengan kehidupan kampus. Selain itu, ada sejumlah penelitian tentang sikap siswa terhadap pengalaman kuliah.
1)   Keberhasilan Akademik : Salah satu tujuan  paling penting bagi teknik pendidik adalah bahwa siswa berhasil secara akademis. Keberhasilan  akademis, di atas segalanya, tujuan perguruan tinggi dan tujuan siswanya. Antara 1924 dan 1997, studi penelitian yang ketat lebih dari 168 studi penelitian ketat dilakukan membandingkan efektivitas relatif dari pembelajaran kooperatif, kompetitif, dan individualistis pada pencapaian individu delapan belas tahun dan lebih tua. Ini merupakan subset dari 305 studi yang fokus pada pencapaian siswa. Penelitian lain difokuskan pada sikap siswa, ketekunan (atau retensi), dan tindakan tergantung lainnya. Studi ini menunjukkan bahwa pembelajaran kooperatif mempromosikan prestasi individu lebih tinggi daripada pendekatan kompetitif atau yang individualistik.

2)   Kualitas hubungan : Tom Boyle British Telecom  menyebutnya usia saling  ketergantungan, ia berbicara tentang pentingnya kecerdasan jaringan orang, untuk membentuk koneksi (hubungan) dengan satu sama lain. Boyle berpendapat, ini lebih penting daripada IQ.  Hubungan  interpersonal yang  positif  dipromosikan oleh pembelajaran kooperatif sangat penting untuk komunitas pembelajaran  saat ini.                                                            
3)   Penyesuaian psikologis: Menghadiri perguruan tinggi, terutama rekayasa sekolah,  yang membutuhkan penyesuaian pribadi cukup besar bagi banyak siswa.                                                                                       
4)   Sikap terhadap pengalaman kuliah : Sejumlah studi menunjukkan bahwa pembelajaran kooperatif mempromosikan sikap yang lebih positif terhadap belajar, area subyek, dan perguruan tinggi dari pada pembelajaran kompetitif atau individualistis . Selanjutnya, sejumlah teori-teori psikologi sosial memprediksi bahwa , nilai-nilai siswa, sikap, dan pola perilaku yang paling efektif apabilaberkembang dan berubah dalam kelompok kooperatif.                                     
                                                                                                  
B. Penelitian pembelajaran Berbasis Masalah                                                      
Pembelajaran berbasis masalah kini muncul kembali dalam pendidikan profesional, termasuk pendidikan teknik [57] disamping penelitian pada PBL. PBL bukanlah hal yang baru; PBL sudah dimulai sejak 1968 pada program M.D. universitas McMaster di Hamilton, Ontario, Canada. McMaster meluluskan kelas PBL perdananya pada tahun 1972. Di waktu yang sama perguruan tinggi Human Medicine di Universitas Negeri Michigan menerapkan program berbasis masalah.               
Dochy, Segers, Van den Bossche, and Gijbels [59] memberikan sebuah meta-analisis sempurna dan terkini dari penelitian PBL yang mempertimbangkan pengaruh PBL pada pemerolehan pengetahuan dan kemampuan untuk menerapkan pengetahuan. Hasil peneletian ini menyimpulkan siswa PBL lebih baik dalam menerapkan pengetahuan (kemampuan) mereka, dengan kedua penghitungan suara yang signifikan secara statistik dan ukuran efek gabungan (0.46). Juga harus diperhatikan bahwa penelitian tentang kegunaan PBL ini dimulai untuk dikembangkan untuk bidang non medis.                                                                                                                                                                          Prince memberikan sebuah kesimpulan yang sangat baik tentang penelitian PBL, termasuk karya monumental Albanese dan Mitchell [61] dan Vernon dan Blake [62] di Akademi Medis. Dia mengatakan bahwa hasilnya merupakan caampuran siswa sekolah medis bahwa “ketika PBL sudah digunakan di program strata teknik ada sedikit data tentang keefektifitasannya terhadap populasi siswa ini” [51, p.228]. Hal ini penting untuk ditetapkan PBL sebagaimana dipelajari di pendidikan medis, melibatkan 7 sampai 10 siswa dengan tutor yang telah ditunjuk, sedangkan model PBL di teknik biasanya melibatkan kelompok yang terdiri dari 3 atau 4 siswa,, sering mengguakan model pembelajaran koopertif formal, terutama tanpa tutor.                    
                                                                                                                                                                                                IVPENERAPAN KELAS                                                                                                    
Dari tiga aspek utama dari pembelajaran kooperatif dan pembelajaran berbasis masalah—teori, penelitian, dan  praktik— sebuah  praktik harus minimal dikembangkan dan kemungkinan yang paling sulit. Praktik kelas meliputi pembelajaran  kooperatif dan pembelajaran berbasis masalah merupakan suatu yang  kompleks untuk kedua rancangan  dan mengimplementasikannnya disamping mengelola selama penelitian. Kelompok pembelajaran kooperatif informal  (sering mengarah ke pembelajaran aktif), kelompok pembelajaran kooperatif formal dan kelompok berbasis kooperatif merupakan secara umum diterapkan oleh fakultas teknik. pembelajaran kooperatif informal biasanya digunakan secara dominan di perkuliahan dan dijelaskan secara  singkat. Pembelajaran kooperatif formal bisa digunakan pada kelas konten intensif dimana penguasaan materi dan prosedur menjadi yang utama.                       
  
A. Penerapan Pembelajaran  Kooperatif ( Aktif ) Informal                               
Pembelajaran kooperatif informal terdiri dari kerjasama siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran bersama. Contoh  pembelajaran kooperatif  informal ,siswa disuruh setiap 10-15 menit untuk berdiskusi tentang apa yang mereka pelajari .
Membagi perkuliahan dengan waktu kooperatif pendek menghabiskan sedikit waktu kuliah, tetapi melibatkan siswa kembali. Selama perkuliahan dengan pengajaran langsung, instruktur memastikan siswa mengerjakan tugas intelektual dengan materi yang terorganisir, menjelaskan, menyimpulkan, dan mengintegrasikannya. Teknik pembeljaran kooperatif informal secara umum meliputi “diskusi terfokus” sebelum dan sesudah pembelajaran (akhir) dan secara bergantian berdiskusi dengan teman selama pembelajaran.                                                         
Sebagaimana kemiripan perolehan fakultas dengan penilaian real-time dan pembelajaran kooperatif informal, mereka sering mengubah formatnya. Contoh, jika mayorits siswa memilih jawaban benar dari pertanyaan konsep, instruktur mungkin menyuruh siswa untuk merefleksikan rasional pokok  sebagai jawaban mereka dan berdiskusi dengan teman sebelahnya. Jika mayoritas siswa memilih jawaban salah dari pertanyaan konsep, instruktur mungkin mencoba menjelaskan kembali dengan cara yang berbeda. Jika jawabannya merupakan kombinasi benar dan salah, instruktur akan menyuruh mereka berdiskusi dengan teman sebelahnya, membandingkan jawaban dan memantau mereka mendapatkan persetujuan jawaban.                                                                                               
 Pembelajaran kooperatif informal memastikan siswa secara aktif terlibat dalam memahami apa yang mereka pelajari. Ini juga memberikan waktu untuk instruktur untuk mmengumpulkan ide-idenya, menata catatan, istirahat, dan mengelilingi kelas mendengarkan apa yang siswa bicarakan. Mendengarkan siswa berdiskusi bisa memberikan petunjuk dan wawasan keppada instruktur tentang seberapa baik siswa memahami konsep dan materi yang diajarkan.
  
B. Penerapan Kelompok Pembelajaran Kooperatif Formal                              
  Kelompok pembelajaran kooperatif formal lebih terstruktur dari pada kelompok pembelajaran koopertif informal . Kelompok pembelajaran kooperatif formal yang terstruktur dengan baik dibedakan dari yang kurang terstruktur pada karakterisitik basis yang disajikan pada Tabel 1 berikut ini..



Tidak Terstruktur (Tradisional)
 Lebih Terstruktur (Kooperatif)
Ketergantungan rendah. Anggota hanya bertanggung jawab atas dirinya. Fokus pada produk tunggal (laporan atau persentasi)
Ketergantungan positif tinggi. Anggota bertanggung jawab atas dirinya dan yang lainnya. Fokus pada kinerja bersama.
Hanya ada akuntabilitas individual, biasanya melalui ujian dan kuis.
Akuntabilitas pada kelompok dan individual. Anggota menjaga akuntabilitas sendiri dan yang lainnya untuk kinerja yang berkualitas tinggi.
Sedikit atau tidak ada perhatian kepada pembentukan kelompok (siswa biasanya memilih-milih anggota), kelompok menjadi besar (4-8 anggota)
Kelompok yang sengaja dibentuk  (acak dari segi distribusi pengetahuan / pengalaman, minat) merupakan kelompok kecil ( 2 - 4 anggota )
Tugas didiskusikan dengan komitmen kecil pada pembelajaran satu dengan yang lain.
Anggota membantu keberasilan yang lainnya, mengerjakan kerja nyata bersama, saling memabntu dan mendukung.
Kemampuan bekerja sama diacuhkan. Ketua ditunjuk untuk menugaskan partisipasi anggota
Kemampuan bekerja sama ditekankan. Anggota diajarkan dan diharapkan untuk mengkolaborasikan kemampuan. Kepemimpinan  dilakukan secara bergantian (dengan bergiliran) pada setiap anggota.
Tidak ada kualitas pada kinerja kelompok.. Pencapaian individual yang diperhatikan.
Kelompok menghasilkan kinerja berkualitas dan seberapa effektif anggota bekerja sama. Kemajuan berkesinambungan ditekankan.




 Dari karakter-karakter tersebut, terdapat 5 elemen pokok untuk keberhasilan pelaksanaan kelompok pembelajaran kooperatif formal yaitu :
·      saling ketergantungan yang positif.
·      tatap muka interaksi promotif.
·      akuntabilitas individu / tanggug jawab personal.
·      kemampuan bekerja sama, dan
·      pengolahan kelompok.

C. Penerapan Kelompok Dasar Kooperatif
            Kelompok dasar biasanya mengelola dokumen pada hari-hari tertentu saja dengan menggunakan folder kelompok atau kelompok diskusi berbasis Web. Anggota kelompok dasar harus bertukar alamat e-mail dan  atau nomor telepon dan informasi tentang jadwal, dan bertemu di luar kelas. Ketika siswa memiliki keberhasilan, wawasan, pertanyaan, atau kekhawatiran yang ingin mereka bicarakan, mereka dapat menghubungi anggota kelompok dasar lainnya.

D. Pelaksanaan Pembelajaran Berbasis Masalah
   Pembelajaran berbasis masalah adalah teknik  alami yang digunakan karena memeragakan cara kerja yang paling teknikal dalam prakteknya. Sebuah format khas untuk pembelajaran kooperatif berbasis masalah ditunjukkan pada Gambar 5. Format ini menggambarkan  Peran guru dalam pembelajaran kooperatif formal dan menunjukkan bagaimana lima elemen penting dari sebuah pelajaran kooperatif yang terstruktur dengan baik dibentuk [41 88].

Berikut ini terdapat sebuah format yang menggambarkan bagaimana Peran guru dalam pembelajaran kooperatif formal dan menunjukkan bagaimana lima elemen penting dari sebuah pembelajaran kooperatif yang terstruktur dengan baik dibentuk.




TUGAS: Lengkapi tugas untuk menyelesaikan masalah
INDIVIDUAL: refleksikan dan identiifikasikan masalah, formulasikan metode, atau perkirakan jawaban. Catat strategi.
KOOPERATIF: 1 rangkaian jawaban kelompok, mendapatkan persetujuan; pastikan setiap orang bisa menjelaskaan strategi yang digunakan untuk memecahkan setiap masalah.
KRITERIA KESUKSESAN YANG DIHARAPKAN: setiap orang harus mampu menjelaskan strategi yang digunakan untuk menyelesaikan setiap masalah.
EVALUASI: Jawaban terbaik terdapat pada sumber atau pembatas yang tersedia.
AKUNTABILITAS INDIVIDU:  satu anggota kelompok apa saja secara acak dipilih untuk menjelaskan (a) jawaban, dan (b) bagaimana memecahkan setiap masalah.
SIKAP YANG DIHARAPKAN: semua anggota secara aktif berpartisipasi,  memeriksa, menyemangati, dan  mengelaborasi.
KERJASAMA ANTAR KELOMPOK :kapanpun sangat berguna , memeriksa prosedur, jawaban, dan strategi dengan kelompok lainnya.

V. KERJA KE DEPAN
            Makalah ini difokuskan pada gambaran bagaimana pembelajaran kooperatif dan pembelajaran berbasis masalah dapat meningkatkan keberhasilan akademik, kualitas hubungan, penyesuaian psikologis, dan sikap terhadap pengalaman kuliah. Masih banyak hal yang harus dilakukan dalam memajukan keterlibatan siswa : memperluas teori-teori yang mendasari hal tersebut, melakukan eksperimen yang diformulasikan dengan baik yang menjelaskan komponen inti dari peningkatan kesuksesan, dan pembinaan dan pengembangan komunitas teknik fakultas yang menggunakannya.

1 komentar: