Selasa, 23 Februari 2016

Pendidikan Seksualitas Pada Remaja

A. Pengertian Pendidikan Seksualitas
Secara etimologi, dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata ”pendidikan” berasal dari kata “didik” yang berarti proses pengubah tingkah laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui pendidikan dan latihan. (Depdiknas, 2002)
Pendidikan sering diterjemahkan dengan paedagogi. Pada Yunani kuno seorang remaja yang pergi dan pulang sekolah diantar seorang pelayan, pelayan tersebut biasa disebut paedagogos, penuntun remaja. Dengan demikian istilah pendidikan ini semula berasal dari bahasa Yunani, yaitu paedagogie yang berarti bimbingan yang diberikan kepada remaja. Istilah ini kemudian
diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris dengan kata education yang berarti pengembangan atau bimbingan.
Adapun kata “seks” dalam Kamus Bahasa Inggris berarti (1) perkelaminan; (2) jenis kelamin. Makna yang sama dijumpai dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia yaitu (1) jenis kelamin; (2) hal yang berhubungan dengan alat kelamin, seperti senggama.
Mereka yang tergolong sensitif dan berpikiran sempit terhadap makna kata “seks” akan langsung menyimpulkan bahwa seks adalah hubungan intim (intercouse) antara seorang laki-laki dan perempuan. Pengertian seks yang sempit tersebut muncul karena pada mulanya hubungan intim adalah alat untuk mendapatkan “kepuasan” dari hubungan jenis kelamin. Dari pengaruh tersebut, maka pikiran orang apabila memahami seks lantas tertuju pada hubungan yang menyangkut genetalitas dan organ seks semata.  Dalam konteksnya dengan pendidikan seks, bahwa kehidupan seks manusia bukanlah sesuatu yang baru.
 Bila kita telusuri sejarah perkembangan kehidupan seks dari zaman manusia primitif hingga kini, dapat kita lihat bahwa kehidupan seks tak terlepas dari warisan sosial dan budayanya. Sementara manusia pada awal sejarah hanya sedikit berbeda dari mamalia tingkat teratas, evolusi sosial mengharuskannya untuk mengadakan perubahan tingkah laku sosial, dari menggauli sembarang pasangan kepada pemilihan pasangan tetap, dan ikatan pasangan yang sama dan tetap ini menjadi semakin jelas pula. Hal ini lama kelamaan menjurus kepada perkembangan unit pasangan pembiak yang terdiri dari satu pria dan satu wanita.
Hubungan seks yang tadinya semata-mata suatu dorongan naluriah kemudian berubah secara bertahap dan proses biologis yang hanya untuk penerus keturunan, menjadi hubungan psikis dan seksual yang memiliki beraneka aspek sebagaimana yang terjadi antara pria dan wanita pada saat ini.
Dengan demikian pendidikan seks merupakan upaya untuk menanamkan seks yang benar dan sesuai fitrah manusia.  
B. Tujuan Pendidikan Seksualitas
Tujuan pendidikan seks bukanlah mengisi pikiran remaja dengan pengetahuan jenis kelamin dan penjelasan hubungan suami istri semata. Atau dengan kata lain, bahwa tujuan pendidikan seks tidak mengajarkan remaja untuk mengerti dan paham serta mampu mempraktekan hubungan seksual, tetapi tujuan pendidikan seks adalah untuk memberikan “benteng” kepada remaja, atau untuk mencegah “penyalahgunaan” organ seks yang dimilkinya. Atau dengan kata lain untuk menjamin kestabilan masyarakt dari kerusakan- kerusakan yang ditimbulkan oleh penyimpangan-penyimpangan dalam masalah seks. Dari tujuan tersebut diharapkan agar remaja bertingkah laku sesuai dengan ajaran agama serta kesucian yang ada dalam dirinya, terutama yang menyangkut tentang hubungan seksual.
 Dengan kata lain bahwa kerangka tujuan pendidikan seks adalah agar dalam diri remaja tertanam kesadaran tentang dosa dan penyeslan apabila melanggar kaidah yang ditetapkan. Hal ini seperti apa yang dikemukakan oleh Hasan Hathout, yaitu:
“Sesungguhnya merupakan keyakinan kita bahwa fakta- fakta tentang seks harus diajarkan kepada remaja- remaja dengan cara sesuai dengan pertumbuhan usia mereka baik oleh keluarga maupun sekolah. Kami menekankan ini harus dilakukan dalam konteks ideologi Islam dan ajaran Islam yang menyeluruh (kafah), agar para remaja disamping mendapatkan pengetahuan psikologis yang benar, menjadi sadar sepenuhnya atas kesucian hubungan seksual dalam Islam dan dosa besar utama dalam pandangan Allah”.
Dalam hal tersebut, Hasan Hathout memberikan penekanan pada tujuan pendidikan seks, sebagai benteng generasi muda untuk bertingkah laku sesuai dengan kesucian yang ada dalam dirinya, terutama yang menyangkut tentang hubungan seksual, sehingga dalam dirinya tertanam kesadaran tentang dosa apabila melanggar.
Mengingat bahwa pendidikan seks adalah bagian dari pendidikan akhlak, karena istilah pendidikan seks (sex education) tidak dikenal dalam sistem pendidikan Islam. Tetapi hal ini tidak mengindikasikan bahwa Islam tidak mengenal pendidikan seks.
 Pendidikan seks Islam tersebar dan dibahas bersamaan dengan pendidikan yang lainya, seperti ibadah, akhlak serta akidah. Oleh karena itu, maka dapat dikatakan bahwa tujuan pendidikan seks untuk pembentukan akhlak dan budi pekerti yang menghasilkan orang- orang bermoral sesuai dengan ajaran Islam, serta sebagai usaha preventif dari penyimpangan-penyimpangan seksual dalam masyarakat. Hasil akhir dari tujuan pendidikn seks adalah seperti tujuan awal penciptaan manusia, yaitu untuk menyembah kepada Allah SWT, dalam rangka insan kamil sehingga kebahagiaan di dunia dan akhirat tercapai.   
C. Remaja
 Istilah adolescence atau remaja berasal dari kata latin adolescere yang berarti “tumbuh” atau “tumbuh menjadi dewasa”. Istilah adolescence, seperti yang di pergunakan saat ini, mempunyai arti yang lebih luas, mencakupkematangan mental, emosional, social, dan fisik. (Hurlock, 1990, p.206).
Monk (Monks dan Knoers,2002,pp.258-259) menerangkan bahwa dalam perkembangan kepribadian seseorang maka remaja mempunyai arti yang khusus, namun begitu masa remaja mempunyai tempat yang tidak jelas dalam rangkaian proses perkembangan seseorang. Anak remaja sebetulnya tidak mempunyai tempat yang jelas. Ia tidak termasuk golongan anak, tetapi ia tidak pula termasuk golongan orang dewasa atau golongan tua. Remaja ada di antara anak dan orang dewasa. Remaja masih belum mampu untuk menguasai fungsi fisik psikisnya.
Lazimnya masa remaja di anggap mulai pada saat anak secara seksual menjadi matang dan berakhir saat ia mencapai usia matang secara hukum. Menurut Hurlock (1990, p. 205) secara umum remaja di bagi menjadi dua bagian yaitu remaja awal dan remaja akhir.
D.Remaja Akhir
  Masa remaja akhir ialah masa ketika seseorang individu berada pada usia 17/18 tahun sampai dengan 21/22 tahun. Dimana saat usia ini rata-rata setiap remaja memasuki sekolah menengah tingkat atas. Ketika remaja duduk dikelas terakhir biasanya orang tua menganggapnya hamper dewasa dan berada diambang perbatasan untuk memasuki dunia kerja orang dewasa.
Pada masa adolescence ini sudah mulai stabil dan mantap, ia ingin hidup dengan modal keberanian, anak mengenal aku-nya, mengenal arah hidupnya, serta sadar akan tujuan yang dicapainya, pendiriannya sudah mulai jelas dengan cara tertentu. Sikap kritis sudah semakin tumbuh dan nampak, dalam hal ini sudah mulai aktif serta objektif dalam melibatkan diri kedalam kegiatan-kegiatan dunia luar. Juga sudah mulai mencoba mendidik diri sendiri sesuai pengaruh ataupun interaksi yang diterimanya.
Pada masa  remaja akhir ini merupakan masa yang sangat penting, sangat kritis dan sangat rentan. Jika manusia melewati masa remajanya dengan kegagalan, dimungkinkan akan menemukan kegagalan dalam perjalanan kehidupan pada masa berikutnya. Demikian pula sebaliknya, jika masa remaja itu diisi dengan penuh kesuksesan, kegiatan yang sangat produktif dan berhasil guna dalam rangka menyiapkan diri untuk memasuki tahapan kehidupan selanjutnya, dimungkinkan remaja itu akan mendapatkan kesuksesan dalam perjalanan hidupnya. Dengan demikian, masa remaja menjadi kunci sukses dalam memasuki tahapan kehidupan selanjutnya. Oleh karena itu, masa remaja juga dikenal dengan masa perkembangan menuju kematangan jasmani, seksualitas, pikiran dan emosional. (Irianto,koes,2013:1) 
E. Perkembangan Psikososial dan Kepribadian Remaja
Didalam perjalanan remaja menuju kedewasaan remaja harus berusaha untuk mempunyai peran dalam kehidupan sosialnya. Erikson (1963) mengatakan bahwa untuk menemukan jati dirinya maka remaja harus mempunyai peran dalam kehidupan social, berjuang dan mengisi masa remajanya dengan hal-hal yang positif yang dapat mengembangkan dirinya. (Irainto,koes,2013:66)
 Pada saat ini, masa remaja lebih cendrung berlangsung lebih panjang. Hal tersebut terjadi, karena syarat-syarat untuk menjadi orang dewasa semakin sulit dan meningkatnya tuntutan hidup. Sulitnya mendapat pekerjaan karena kurang tersedianya lapangan kerja, atau meningkatnya persyaratan-persyaratan untuk suatu pekerjaan, menyebabkan remaja masih tetap bergantung pada orangtuanya walaupun telah menyelesaikan sekolah hingga perguruan tinggi. (Irainto,koes,2013:66)
Dari segi usia, mereka sudah melampaui usia remaja namun secara financial mereka masih bergantung kepada orang tua dan belum mampu untuk mandiri. Sebaliknya, pada sebagian masyarakat juga terjadi masa remaja yang lebih pendek, yaitu bila remaja mengalami perkawinan usia muda, misalnya remaja putri yang menikah pada usia 18-19 tahun maka mereka secara otomatis memasuki masa dewasa. (Irainto,koes,2013:66)

F. Aspek Psikososial dari Kematangan Seksual
Memasuki masa remaja yang diawali dengan terjadinya kematangan seksual, maka remaja akan dihadapkan pada keadaan yang memerlukan penyesuaian untuk dapat menerima perubahan-perubahan yang terjadi. Kematangan seksual dan terjadinya perubahan bentuk tubuh sangat mempengaruhi kehidupan kejiwaan remaja. (Irainto,koes,2013:66)
Akibat terjadinya kematangan seksual akan terjadi percepatan pertumbuhan badan dimana pertumbuhan anggota badan lebih cepat daripada badannya, sehingga untuk sementara waktu proporsi tubuh tida seimbang. Selain itu, kematangan seksual juga mengakibatkan remaja mulai
tertarik terhadap anatomi fisiologi tubuhnya. Pertumbuhan badan remaja yang telah mencapai bentuk yang sempurna seperti orang dewasa menimbulkan tanggapan masyarakat yang berbeda. Remaja diharapkan dapat memenuhi tanggung jawab orang dewasa. (Irainto,koes,2013:67)
Tetapi, berhubung antara pertumbuhan fisik dan pematanga psikisnya masih ada jarak yang cukup lebar maka kegagalan yang sering dialami remaja dalam memenuhi tuntunan social tersebut. Hal ini menyebabkan frustasi dan konflik-konflik batin pada remaja terutama bila tidak ada pengertian dari orang dewasa. Hal ini merupakan salah satu sebab mengapa para remaja lebih dekat dengan teman sebaya daripada dengan orang dewasa. (Irainto,koes,2013:68)
Seksualitas pada remaja timbul karena faktor-faktor berikut, yaitu:
§  Perubahan-perubahan hormonal yang meningkatkan hasrat seksual (libido seksualitas) remaja.
§  Penyaluran itu tidak dapat segera dilakukan karena adanya penundaan usia perkawinan.
§  Sementara usia kawin ditunda, norma-norma agama tetap berlaku dimana seseorang dilarang untuk melakukan hubungan seks sebelum menikah.
§  Kecendrungan pelanggaran makin meningkat.
§  Orang tua sendiri, masih mentabukan pembicaraan mengenai seks dengan anak tidak terbuka terhadap anak.
§  Dipihak lain tidak dapat diingkari adanya kecendrungan pergaulan.

G. Tugas Perkembangan Remaja

Setiap tahap perkembangan akan terdapat tantangan dan kesulitan-kesulitan yang membutuhkan suatu keterampilan untuk mengatasinya. Pada masa remaja ini, mereka dihadapkan kepada dua tugas utama yaitu : mencapai ukuran kebebasan atau kemandirian dari orang tuanya dan membentuk identitas untuk tercapainya integrasi diri dan kematangan pribadi. (Irainto,koes,2013:69)
1.  Kebebasan dan Ketergantungan
Sifat remaja yang ingin memperoleh kebebasan emosional, sementara orang tua yang masih ingin mengawasi dan melindungi anaknya dapat menimbulkan konflik diantara mereka. Terdapat pandangan umum yang tidak sepenuhnya benar, mengatakn bahwa remaja menggunakan konflik dan sikap menentang sebagai cara untuk mencapai otonomi dan kebebasan dari orangtua. Pengertian otonomi jelas menekankan pada kebebasan dari pengaruh orang tua. (Irainto,koes,2013:69)
Otonomi adalah pengaturan diri (self regulation) sedangkan kebebasan (independence) adalah suatu kemampuan untuk membuat keputusan dan mengatur prilakunya sendiri. Melalui proses tersebut remaja akan belajar untuk melakukan sesuatu secara tepat, mereka akan mengevaluasi kembali aturan, nilai dan batasan-batasan yang telah diperoleh dari keluarga maupun sekolah . (Irainto,koes,2013:70)
 Dalam perkembangannya menuju kedewasaan, remaja berangsur-angsur mengalami perubahan yang membutuhkan dua kemampuan, yaitu kebebasan dan ketergantungan secara bersama-sama. Remaja secara terus menerus mengembangkan kemampuan dalam menggabungkan komitmen terhadap orang lain yang merupakan dasar dari ketergantungan dan konsep ‘dirinya yang merupakan dasar dari kebebasan atau kemandiriannya. (Irainto,koes,2013:70)
Pada akhir masa remaja, remaja akan berusaha mengurangi kegelisahannya dan meningkatkan integritas pribadinya. Identitas diri lebih kuat, mampu menunda pemuasan, kemampuan untuk menyatakan pendapat menjadi lebih baik, minat lebih stabil dan mampu membuat keputusan dan mengadakan kompromi. Akhir masa remaja adalah tahap terakhir perjuangan remaja, dalam mencapai identitas diri. (Irainto,koes,2013:70)

2.  Pembentukan Identitas Diri
 
Proses pembentukan identitas diri adalah proses yang panjang dan kompleks yang membutuhkan kontinuitas dari masa lalu, sekarang dan yang akan datang dari kehidupan individu. Hal ini akan memebentuk kerangka berpikir untuk mengorganisasikan dan mengintegrasikan prilaku kedalam berbagai bidang kehidupan. Dalam proses pengembangan identitas maka sesorang dapat berada dalam status yang berbeda-beda. (Irainto,koes,2013:72)
 Keempat status tersebut adalah sebagai berikut :
ü Diffusion status  yaitu suatu keadaan dimana seeorang kehilangan  arah, dia tidak melakukan eksplorasi dan tidak mempunyai komitmen terhadap peran-peran tertentu sehingga mereka tidak dapat menemukan identitas dirinya. Mereka akan mudah menghindari persoalan dan cenderung mencari pemuasaan dengan segera. Diffusion Status sering dialami oleh remaja yang ditolak dan tidak mendapat perhatian. Mereka cenderung melakukan hal-hal yang tidak dapat diterima oleh masyarakat, misalnya: mabuk-mabukkan, penyalahgunaan obat, sebagai cara untuk menghindari tanggung jawabnya.

ü Foreclosure status yaitu suatu keadaan dimana seseorang dapat menemukan jati diri dan mempunyai komitmen namun tanpa melalui eksplorasi terlebih dahulu. Mereka mengalami kecemasan yang paling ringan karena mereka mempunyai pilihan terhadap suatu pekerjaan, pandangan  keagamaan atau ideology namun tidak berdasarkan pertimbangan yang matang dan lebih ditentukan oleh orang tua ataupun gurunya.
ü Moratorium status yaitu suatu keadaan yang menggambarkan seseorang sedang sibuk-sibuknya mencari identitas diri, berada dalam keadaan untuk menemukan jati diri, seseorang tidak membuat komitmen tertentu namun secara aktif mengeksplorasi sejumlah nilai, minat ideology dan pekerjaan dalam rangka mencari identitas dirinya. Remaja pada moratorium status mengalami kecemasan yang paling dominan yang disebabkan oleh persoalan-persoalan yang tidak terpecahkan. Mereka berjuang dalam dunia yang penuh pertentangan antara nilai-nilai dan pilihan-pilihan dan terus menerus dihadapkan kepada persoalan yang tak terduga.
ü Identitiy achievement yaitu suatu keadaan dimana remaja memiliki perasaan stabil karena mereka telah menemukan identitasnya dan membuat komitmen-komitmen setelah melakukan eksplorasi terlebih dahulu. (Irainto,koes,2013:76)

H.Permasalahan Seksual dalam masa Remaja
Masa remaja ( adolesensi ) merupakan suatu periode dengan dorongan seksual yang maksimum. Didalam suatu masyarakat yang menganggap keluarga sebagai satuan social yang pokok maka masa remaja juga merupakan periode dengan kesempatan seksual yang sah paling sedikit atau minimum. Keadaan yang bertentangan ini tentu saja menimbulkan permasalahan moralitas perorangan yang berat bagi anak-anak muda tersebut. Permasalahan ini sama tuanya dengan kebudayaan Eropa Barat, namun dalam masyarakat sekarang ini sejumlah factor yang mempengaruhinya. (Irainto,koes,2013:51)
1.    Pertumbuhan fisik
Kaum remaja masa kini mengalami kebingungan karena orang tua mereka sering meninggalkan kesetiaan kepada agama. Dan mereka sendiri tidak mempunyai lagi prinsip-prinsip yang dapat dipegang teguh. Toleransi social dalam keadaan seks telah menyebar l uas pada segenap lapisan masyarakat. Kebebasan ekonomi dapat berarti perkawinan yang dini, dan dapat mempengaruhi pembebasan diri mereka dari hambatan dalam petualangan serta eksperimen seksual. Bagi mereka yang harus meneruskan pendidikan atau sekolah sehingga secara  ekonomi masih harus bergantung kepada orang tua maka kebebasan yang semakin bertambah dalam kehidupan modern ini menjadi sumber frustrasi  yang terus – menerus dan menyebabkan usaha pengendalian diri menjadi semakin sukar. (Irainto,koes,2013:52)
2.    Kehidupan keluarga
Di rumah, pengaruh televisi yang menonjol, dan orang tua yang telah letih bekerja sepanjang hari untuk memperoleh hasil tambahan buat segala macam peralatan rumah tersebut, secara efektif menghalangi setiap kesempatan yang berfaedah untuk saling bertukar pikiran . Dihadapkan
dengan situasi ini , tidak heran jika banyak diatara kaum remaja yang memiliki kesukaran dalam menentukan sikap mereka. Banyak pula diantara orang – orang  yang lebih dewasa daripada mereka tidak mengetahui lagi bagaimana cara mengatasi permasalahan tersebut. Sebelum persoalan ini dipikirkan, kelihatnannya kita harus menemukan dahulu jawaban bagi beberapa pernyataan yang sangat berkaitan dengan persoalan tersebut. Sukar bagi kita untuk menemukan jawaban tersebut tanpa memperbaiki cara hidup kita yang secara ekonomi  dan social kelihatannya tidak mungkin diubah lagi. (Irainto,koes,2013:53)
3.    Kehamilan diluar pernikahan dan penyakit kelamin
         Hubungan kelamin dimaksudkan untuk melanjutkan keturunan (reproduksi ), dan kemungkinan hamil yang ditimbulkan oleh hubungan kelamin cukup besar. Angka pernikahan karena “ kecelakaan “ menunjukkan jumlah  yang tidak dapat dihitung. Penyakit kelamin tumbuh dengan subur di kalangan orang – orang yang menganut kebebasan seksual. Semua fakta memperlihatkan bahwa akhir-akhir ini penyakit kelamin bertambah  frekuensinya dan semakin banyak terdapat pada kaum remaja. Angka-angka yang diumumkan menunjukkan satu diantara lima kasus yang baru, terjadi diantara remaja putra dan putri yang berusia belasan tahun. Meskipun sebagian besar dari bahaya yang ditimbulkan oleh keadaan ini dapat diatasi dengan metode pengobatan yang modern, keadaan tersebut masih merupakan sesuatu yang harus dihindarkan dan satu-satunya tindakan pencegahan yang sesungguhnya ialah pembatasan diri dalam hubungan seksual. (Irainto,koes,2013:54) 
4.    Dasar biologi dalam kehidupan
Daya tarik dan keinginan seksual merupakan bagian dari sarana yang dianugrahi alam  untuk tujuan melanjutkan keturunan ( reproduksi ). Jika sarana ini dipisahkan sama sekali dari tujuan reproduksi, yang tentunya terjadi dalam setiap hubungan kelamin yang lepas maka kedua sarana tersebut akan kehilangan landasan pokok dari fungsinya. Cepat atau lambat keadaan ini akan menimbulkan frustrasi diluar kesadaran. Setiap kesempatan harus digunakan untuk menekan kan arti yang mendalam pada naluri seksual dan untuk menghadapi  citra komersial yang gemerlapan tetapi palsu,  yang menimpa kaum muda dari segala penjuru dengan bacaan – bacaan kontemporer. (Irainto,koes,2013:55)
5.    Kesucian sebelum pernikahan
Kita sering kali mengalami dan mendengar pernyataan bahwa pengalaman seksual sebelum menikah akan mempermudah penyesuaian di dalam pernikahan yang diselenggarakan kemudian. Pandangan ini jauh dari kebenaran yang sesungguhnya. Suatu perkawinan yang berbahagia mencakup banyak hal yang lebih dari pada kesesuaian jasmani dan daya tarik seksual semata. Pada bidang emosi, egoism ( mementingkan diri sendiri ) dan hedonisme ( mencari kesenangan semata ) dalam hubungan seksual yang lepas dapat mempersulit proses belajar bagaimana bersama-sama menanggung suka-duka yang merupakan dasar perkawinan. (Irainto,koes,2013:57)
6.    Tanggung jawab bersama dan kedewasaan
Perkawinan yang didasarkan pada tanggung jawab bersama dan kesetiaan dari kedua belah pihak  akan berhasil jika kedua belah pihak sudah cukup matang. Kematangan atau kedewasaan ini  bukan merupakan masalah usia. Sebagian orang tidak pernah mencapai kedewasaannya, sedangkan sebagian lagi menunjukkan kedewasaannya dalam usia belasan tahun. Walaupun begitu, umumnya masa remaja merupakan masa-masa yang penuh keraguan dan kegelisahan  tatkala nasihat dan dukungan dari seseorang yang lebih  dewasa merupakan hal yang penting. (Irainto,koes,2013:59)
7.    Pengawasan Orang tua
Kaum remaja dipersatukan didalam suasana yang menambah kobaran api seksual yang telah menyala dengan cepat, dan malapetaka perorangan yang tidak terjadi. Setiap ayah atau ibu harus memikirkan dengan serius akan tanggung jawabnya masing-masing. Mereka harus menumbuhkan rasa hormat dan kepercayaan dalam diri anak-anak mereka yang remaja, dan secara berangsur – angsur mengurangi derajat pengawasan ini setelah terlihat adanya pertumbuhan kedewasaan dalam diri anak. Namun  pada kenyataanya, Banyak sekali orang tua telah melepaskan semua tanggung jawab atas permasalahan ini. Jika kita menceburkan orang pada bagian kolam yang dalam, hanya beberapa yang akan belajar berenang. Tapi banyak diantara nya akan tenggelam , kecuali kalau seorang pelatih  berada di pinggir kolam untuk menyelamatkan mereka. (Irainto,koes,2013:60)
8.    Masturbasi  
Organ – organ yang aktif pada kaum remaja secara berangsur-angsur menimbulkan ketegangan fisik yang sebagian besar terlepas dari dorongan perkelaminan. Daya kemampuan seksual yang kreatif dan mengalir keluar diarahkan secara salah, dengan masturbasi yang merupakan perbuatan sia-sia. (Irainto,koes,2013:62)
9.    Homoseksual  
Dalam fase perkembangan, naluri seksual tidak segera diorientasikan pada jenis kelamin yang berlawanan. Mula-mula naluri seksual tampak sebagai suatu usaha mencari yang tidak dapat dibedakan utnuk memperoleh kontak emosional dengan kepribadian lainnya, dan suasana dapat menentukan bahwa kepribadian lainnya itu adalah dari jenis kelamin yang sama. (Irainto,koes,2013:62)
I.  Perilaku Seks Bebas Dikalangan Remaja  
Perkembangan perilaku seksual pada remaja dipengaruhi oleh berbagai faktor antara lain perkembangan psikologis, perkembangan fisik, proses belajar dan sosial kultural. Berdasarkan faktor-faktor tersebut aktivitas seksual remaja sulit sekali untuk dikendalikan atau cenderung untuk melakukan penyimpangan perilaku seks. Adapun beberapa aktivitas sosial yang sering dijumpai pada remaja yaitu sentuhan seksual, membangkitkan gairah seksual seks oral, seks anal, masturbasi dan hubungan heteroseksual (Soetjiningsih, 2004).
Adapun perilaku seks menyimpang yang sering dilakukan oleh remaja adalah sebagai berikut :
§  French Kiss, adalah berciuman dengan bibir dan mulut terbuka dan termasuk menggunakan lidah.
§  Hickey, adalah menghisap atau menggigit pasangan dengan gemes sehingga menyebabkan sebuah tanda merah atau memar.
§  Necking, adalah ciuman serta pelukan yang lebih mendalam.
§  Petting, adalah langkah yang lebih mendalam dari necking, yaitu termasuk merasakan dan mengusap-usap tubuh pasangan termasuk lengan, dada, buah dada, kaki dan kadang-kadang kemaluan baik dengan berpakaian ataupun tanpa berpakaian.
§  Foreplay, adalah merangsang secara seksual melalui ciuman, necking, dan petting dalam persiapan untuk melakukan hubungan intim.
§  Hubungan intim, yaitu bersatunya dua orang secara seksual, dimana penis laki-laki yang ereksi masuk ke dalam vagina perempuan. (Windy dan Nugraha, 2006).
Ø Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Seks bebas dikalangan Remaja
Menurut Sarwono (2002), ada 2 faktor yang mempengaruhi terjadinya penyimpangan perilaku seks pada kalangan remaja, yaitu:
1. Faktor Internal
Faktor yang berasal dari dalam diri remaja itu sendiri. Perubahan – perubahan hormonal yang meningkatkan hasrat seksual itu sendiri pada remaja. Peningkatan hasrat seksual ini membutuhkan penyaluran dalam bentuk tingkah laku seksual tertentu. 
2. Faktor Eksternal
Yaitu faktor yang berasal dari luar diri remaja. Faktor – faktor itu antara lain:
a. Penundaan usia perkawinan, baik secara hukum maupun secara norma sosial yang menuntut persyaratan yang semakin tinggi untuk perkawinan, misal: pendidikan, pekerjaan, persiapan mental dan lain – lain.
b. Norma agama yang melarang berperilaku seksual yang bisa mendorong remaja melakukan senggama, seperti berpegangan tangan, berciuman, sendirian dengan pasangan ditempat sepi.
c. Adanya penyebaran informasi dan rangsangan seksual melalui media masa (TV, VCD, majalah, radio dan internet). Remaja cenderung ingin tahu dan mencoba – coba serta meniru dengan apa yang dilihat dan didengarnya khususnya karena remaja pada umumnya belum pernah mengalami masalah seksual secara lengkap dari orang tuanya.  
d. Orang tua, ketidaktahuan orang tua maupun sikap menabukan pembicaraan seks dengan anak, bahkan cenderung membuat jarak dengan anak tentang masalah ini, akibatnya pengetahuan remaja tentang seks berkurang. Peran orang tua dalam pendidikan anak sangat penting, terutama pendidikan seksual.
e. Pengaruh Teman , Pengruh teman memang sangat kuat, informasi yang diberikan kedekatan mereka membuat komunikasi sesama teman menjadi komunikasi terbuka sehingga sangat berpengaruh.
f.Akademik/Pendidikan,Pendidikan yang rendah lebih cenderung melakukan seks bebas dibandingkan remaja yang mempunyai pendidikan yang tinggi dan mempunyai prestasi yang baik.
G.Pemahaman kehidupan social,Pemahaman kehidupan sosial ini dapat diasosiakan dalam pengambilan keputusan yang memberikan perilaku sek bebas pada remaja.

J.  Penyakit Seksualitas  dan Remaja
Berdasarkan uraian –uraian yang telah dijelaskan pada materi diatas, perilaku seksual yang sedang banyak menjadi perbincangan saat-saat sekarang ini tentu akan sangat banyak menimbulkan dampak – dampak yang merugikan bagi para remaja yang melakukannya. Salah satu dampak yang timbul yaitu  bermunculan berbagai penyakit  yang mungkin tidak terfikirkan oleh remaja yang  hidup dengan pergaulan bebasnya melakukan hubungan seksual, seperti berikut :
1)        Gonorrhea

Gonorrhea atau sering disebut kencing nanah disebabkan oleh bakteri. Jika tidak diobati, penyakit ini bisa menyebabkan infertilitas pada pria maupun wanita. Untuk menghentikan infeksi, diperlukan konsumsi antibiotik sesuai resep dokter. Gejala mereka yang terkena penyakit ini adalah seperti namanya, pada pria akan keluar nanah saat buang air kecil. Sedangkan pada wanita, akan merasakan sakit di vagina dan panggul. Dia juga bisa mengalami spotting atau munculnya bercak. Gejala umum lainnya adalah merasakan sakit seperti terbakar saat buang air kecil.
2)        Granuloma Inguinale
Granuloma Inguinale adalah penyakit menular yang disebabkan oleh bakteri, menyerang kulit dan selaput lendir genitalia externa, daerah inguinal dan anal. Penyakit ini berlangsung kronis, progresif dan destruktif, penularannya sangat lambat. Penyakit ditandai dengan munculnya nodula, papula menyebar secara pelaha-lahan, tidak lunak, exuberant, granulomatous, ulcerative dan terjadi pembentukan jaringan parut.


3)        Kandidiasis Genitalis
Kandidiasis genitalis adalah suatu infeksi jamur pada vagina atau penis, biasanya dikenal sebagai thrush. Kandidiasis vulvovaginalis adalah infeksi jamur pada saluran reproduksi wanita bawah (vagina dan vulva). Pada kondisi yang jarang, laki-laki juga dapat terkena infeksi sejenis, yang menyerang kepala penis dan disebut  kandidiasis balanitis.
Kandidiasis vaginalis merupakan salah satu bentuk infeksi pada vagina yang umum menyerang wanita dan dapat dijumpai siseluruh dunia.
4)        Skabies
 Scabies adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh kutu / tungau / mite (Sarcoptes scabei). Kutu ini berukuran sangat kecil dan hanya bisa dilihat dengan mikroskop. Penyakit Scabies ini juga mudah menular dari manusia ke manusia , dari hewan ke manusia dan sebaliknya. Scabies mudah menyebar baik secara langsung melalui sentuhan langsung dengan penderita maupun secara tak langsung melalui baju, seprei, handuk, bantal, air yang masih terdapat kutu Sarcoptesnya. Gejala Penyakit Scabies ditandai dengan rasa gatal yang sangat pada bagian kulit seperti sela-sela jari, siku, selangkangan. Rasa gatal ini menyebabkan penderita scabies menggaruk kulit bahkan bisa menimbulkan luka dan infeksi yang berbau anyir. Rasa gatal tersebut akibat kaki sarcoptes dibawah kulit yang bergerak membuat lubang dibawah permukaan kulit.
Penyebab Penyakit Scabies adalah kondisi kebersihan yang kurang terjaga, sanitasi yang buruk, kurang gizi, dan kondisi ruangan terlalu lembab dan kurang mendapat sinar matahari secara langsung. Penyakit kulit scabies menular dengan cepat pada suatu komunitas yang tinggal bersama sehingga dalam pengobatannya harus dilakukan secara serentak dan menyeluruh pada semua orang dan lingkungan pada komunitas yang terserang scabies, karena apabila dilakukan pengobatan secara individual maka akan mudah tertular kembali penyakit scabies.
5)        Limfogranuloma Venereum

penyakit menular seksual yang terutama dianggap mempengaruhi seseorang di negara  berkembang, tetapi sekarang meningkat di seluruh dunia. Setelah dulunya pernah menjadi wabah pada pria yang  berhubungan seks dengan sesama jenisnya pada tahun 2003 di Belanda, LGV telah ditemukan dalam kelompok-kelompok yang terisolasi di seluruh Eropa Barat, Amerika Utara, dan Australia. Penyakit ini disebabkan oleh jenis Chlamydia trachomatis, dan sangat erat kaitannya dengan tanda HIV bagi orang yang terinfeksi. Seperti halnya dengan banyak penyakit menular seksual lainnya, penyakit ini sebenarnya dapat meningkatkan risiko penularan HIV. 
6)        Ulkus Molle / Chancroid
Adalah penyakit menular seksual yang akut, ulseratif, dan biasanya terlokalisasi di genetalia atau anus dan sering disertai pembesaran kelenjar didaerah inguinal (bubo). Ulkus mole dietahui menyebar dari satu orang keorang lain melalui hubungan seksual. Sinonim ulkus mole adalah chancroid, soft chncre atau soft core.


7)        Trikomoniasis
 
Trikomoniasis disebabkan oleh parasit yang menular melalui kontak seksual. Penyakit ini bisanya menyerang pria di area penis dan wanita di area vagina. Pria akan merasakan sakit seperti terbakar saat buang air kecil. Sedangkan wanita akan timbul bau tidak sedap dari area genitalnya. Dia juga akan merasakan gatal dan sakit saat buang air kecil atau berhubungan seks. Obat yang diresepkan dokter bisa mengobati penyakit ini.


8) Sifilis - raja singa.
Sifilis merupakan salah satu jenis PMS yang klasik (karena sudah ada sejak lama) sering disebut Raja Singa atau Lues. Kuman penyebabnya disebut: Treponema pallidum. Masa inkubasi penyakit ini tanpa gejala berlangsung 3–13 minggu, lalu timbul benjolan sekitar alat kelamin, disertai pusing, nyeri tulang, akan hilang sementara. 6–12 minggu setelah hubungan seks muncul bercak merah pada tubuh yang dapat hilang sendiri tanpa disadari. 5–10 tahun penyakit ini akan menyerang susunan syaraf otak, pembuluh darah dan jantung. Komplikasi pada wanita hamil yaitu dapat melahirkan dengan kecacatan fisik seperti kerusakan kulit, limpa, hati dan keterbelakangan mental.

9.  HIV AIDS   
Seseorang yang terkena Penyakit Menular Seksual HIV AIDS pada umumnya tidak memberikan tanda-tanda dan gejala yang khas, penderita paling hanya mengalami demam selama 3 sampai 6 minggu tergantung daya tahan tubuh saat mendapat kontak virus HIV tersebut. Setelah kondisi membaik, orang yang terkena Penyakit Menular Seksual HIV AIDS akan tetap sehat dalam
beberapa tahun dan perlahan kekebelan tubuhnya menurun/lemah hingga jatuh sakit karena serangan demam yang terus berulang.
Satu cara untuk mendapat kepastian adalah dengan menjalani uji antibodi HIV terutama jika seseorang merasa telah melakukan aktivitas yang berisiko terkena Penyakit Menular Seksual HIV AIDS,seperti melakukan hubungan badan dengan banyak pasangan.(jessika,2012)

KESIMPULAN


Masa remaja merupakan periode dimana terjadi gejolak emosi dan tekanan kejiwaan yang sangat besar pada diri remaja yang apabila tidak mampu mengendalikan dan mengontrolnya dengan baik dan terarah maka remaja akan melakukan tindakan perusakan, penyimpangan dan pelanggaran norma-norma, aturan dan ketentuan-ketentuan agama, norma sosial dan aturan pemerintahan serta tergelincir dan jatuh dalam kehidupan yang gelap dan suram.
 Jika manusia melewati masa remajanya dengan kegagalan, dimungkinkan akan menemukan kegagalan dalam perjalanan kehidupan pada masa berikutnya. Demikian pula sebaliknya, jika masa remaja itu diisi dengan penuh kesuksesan, kegiatan yang sangat produktif dan berhasil guna dalam rangka menyiapkan diri untuk memasuki tahapan kehidupan selanjutnya, dimungkinkan remaja itu akan mendapatkan kesuksesan dalam perjalanan hidupnya.
Namun, untuk mencapai itu semua tidak lah mudah, karena perlu adanya dukungan – dukungan, pengawasan orang tua dan konsep pemahaman oleh setiap remaja, orang tua, ataupun masyarakat mengenai perlunya suatu pendidikan seksualitas yang lebih mengarah kan kita untuk dapat mengetahui secara mendalam seputar seksualitas. Oleh karena itu, dari tenaga kesehatan juga memiliki peran yang tidak kalah penting nya dalam memberikan pendidikan seksualitas, dan mambantu remaja, orang tua bahkan masyarakat untuk merubah anggapan mereka bahwa pendidikan seksualitas tidak hanya menjelaskan mengenai hubungan intim saja, tapi juga menjelaskan bagaimana organ reproduksi, psikologi remaja, permasalahan-permasalahan seksual dan lain sebagainya. Dengan begitu ketika adanya pendidikan seksualitas orang tua, masyarakat dan bahkan remaja sendiri sudah tidak menganggap tabu lagi tentang pendidikan seksualitas dan remaja senidri mendapatkan suatu informasi yang jelas mengenai hal tersebut yang dsesuaikan dengan usia nya.

DAFTAR    PUSTAKA

Depdiknas, 2002.Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka
Koes, Irianto.2013.Permasalahan Seksual. Bandung : Yrama Widya
Ma’ruf Zuraeq, 2001 . Pedoman Mendidik Remaja Menjadi Sholeh dan Shalihah, “Kaifa Nurobbi Abnaana”, Yogyakarta: Bintang Cemerlang




Tidak ada komentar:

Posting Komentar