A.
Pengertian
Pendidikan Seksualitas
Secara
etimologi, dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata ”pendidikan” berasal
dari kata “didik” yang berarti proses pengubah tingkah laku seseorang atau
kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui pendidikan dan latihan.
(Depdiknas, 2002)
Pendidikan
sering diterjemahkan dengan paedagogi. Pada Yunani kuno seorang remaja yang pergi
dan pulang sekolah diantar seorang pelayan, pelayan tersebut biasa disebut paedagogos,
penuntun remaja. Dengan demikian istilah pendidikan ini semula berasal dari bahasa
Yunani, yaitu paedagogie yang berarti bimbingan yang diberikan kepada
remaja. Istilah ini kemudian
diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris dengan
kata education yang berarti pengembangan atau bimbingan.
Adapun kata
“seks” dalam Kamus Bahasa Inggris berarti (1) perkelaminan; (2) jenis kelamin.
Makna yang sama dijumpai dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia yaitu (1) jenis
kelamin; (2) hal yang berhubungan dengan alat kelamin, seperti senggama.
Mereka yang
tergolong sensitif dan berpikiran sempit terhadap makna kata “seks” akan
langsung menyimpulkan bahwa seks adalah hubungan intim (intercouse)
antara seorang laki-laki dan perempuan. Pengertian seks yang sempit tersebut
muncul karena pada mulanya hubungan intim adalah alat untuk mendapatkan “kepuasan”
dari hubungan jenis kelamin. Dari pengaruh tersebut, maka pikiran orang apabila
memahami seks lantas tertuju pada hubungan yang menyangkut genetalitas dan
organ seks semata. Dalam konteksnya
dengan pendidikan seks, bahwa kehidupan seks manusia bukanlah sesuatu yang
baru.
Bila kita telusuri sejarah perkembangan
kehidupan seks dari zaman manusia primitif hingga kini, dapat kita lihat bahwa
kehidupan seks tak terlepas dari warisan sosial dan budayanya. Sementara
manusia pada awal sejarah hanya sedikit berbeda dari mamalia tingkat teratas,
evolusi sosial mengharuskannya untuk mengadakan perubahan tingkah laku sosial,
dari menggauli sembarang pasangan kepada pemilihan pasangan tetap, dan ikatan
pasangan yang sama dan tetap ini menjadi semakin jelas pula. Hal ini lama
kelamaan menjurus kepada perkembangan unit pasangan pembiak yang terdiri dari satu
pria dan satu wanita.
Hubungan seks
yang tadinya semata-mata suatu dorongan naluriah kemudian berubah secara
bertahap dan proses biologis yang hanya untuk penerus keturunan, menjadi
hubungan psikis dan seksual yang memiliki beraneka aspek sebagaimana yang
terjadi antara pria dan wanita pada saat ini.
Dengan demikian
pendidikan seks merupakan upaya untuk menanamkan seks yang benar dan sesuai
fitrah manusia.
B.
Tujuan Pendidikan Seksualitas
Tujuan
pendidikan seks bukanlah mengisi pikiran remaja dengan pengetahuan jenis
kelamin dan penjelasan hubungan suami istri semata. Atau dengan kata lain,
bahwa tujuan pendidikan seks tidak mengajarkan remaja untuk mengerti dan paham
serta mampu mempraktekan hubungan seksual, tetapi tujuan pendidikan seks adalah
untuk memberikan “benteng” kepada remaja, atau untuk mencegah “penyalahgunaan”
organ seks yang dimilkinya. Atau dengan kata lain untuk menjamin kestabilan
masyarakt dari kerusakan- kerusakan yang ditimbulkan oleh
penyimpangan-penyimpangan dalam masalah seks. Dari tujuan tersebut diharapkan
agar remaja bertingkah laku sesuai dengan ajaran agama serta kesucian yang ada
dalam dirinya, terutama yang menyangkut tentang hubungan seksual.
Dengan kata lain
bahwa kerangka tujuan pendidikan seks adalah agar dalam diri remaja tertanam
kesadaran tentang dosa dan penyeslan apabila melanggar kaidah yang ditetapkan.
Hal ini seperti apa yang dikemukakan oleh Hasan Hathout, yaitu:
“Sesungguhnya merupakan
keyakinan kita bahwa fakta- fakta tentang seks harus diajarkan kepada remaja-
remaja dengan cara sesuai dengan pertumbuhan usia mereka baik oleh keluarga
maupun sekolah. Kami menekankan ini harus dilakukan dalam konteks ideologi Islam
dan ajaran Islam yang menyeluruh (kafah), agar para remaja disamping
mendapatkan pengetahuan psikologis yang benar, menjadi sadar sepenuhnya atas kesucian
hubungan seksual dalam Islam dan dosa besar utama dalam pandangan Allah”.
Dalam hal
tersebut, Hasan Hathout memberikan penekanan pada tujuan pendidikan seks,
sebagai benteng generasi muda untuk bertingkah laku sesuai dengan kesucian yang
ada dalam dirinya, terutama yang menyangkut tentang hubungan seksual, sehingga
dalam dirinya tertanam kesadaran tentang dosa apabila melanggar.
Mengingat bahwa
pendidikan seks adalah bagian dari pendidikan akhlak, karena istilah pendidikan
seks (sex education) tidak dikenal dalam sistem pendidikan Islam. Tetapi
hal ini tidak mengindikasikan bahwa Islam tidak mengenal pendidikan seks.
Pendidikan
seks Islam tersebar dan dibahas bersamaan dengan pendidikan yang lainya,
seperti ibadah, akhlak serta akidah. Oleh karena itu, maka dapat dikatakan
bahwa tujuan pendidikan seks untuk pembentukan akhlak dan budi pekerti yang
menghasilkan orang- orang bermoral sesuai dengan ajaran Islam, serta sebagai
usaha preventif dari penyimpangan-penyimpangan seksual dalam masyarakat. Hasil
akhir dari tujuan pendidikn seks adalah seperti tujuan awal penciptaan manusia,
yaitu untuk menyembah kepada Allah SWT, dalam rangka insan kamil sehingga kebahagiaan
di dunia dan akhirat tercapai.
C. Remaja
Istilah
adolescence atau remaja berasal dari kata latin adolescere yang berarti “tumbuh”
atau “tumbuh menjadi dewasa”. Istilah adolescence, seperti yang di pergunakan saat
ini, mempunyai arti yang lebih luas, mencakupkematangan mental, emosional,
social, dan fisik. (Hurlock, 1990, p.206).
Monk
(Monks dan Knoers,2002,pp.258-259) menerangkan bahwa dalam perkembangan
kepribadian seseorang maka remaja mempunyai arti yang khusus, namun begitu masa
remaja mempunyai tempat yang tidak jelas dalam rangkaian proses perkembangan
seseorang. Anak remaja sebetulnya tidak mempunyai tempat yang jelas. Ia tidak
termasuk golongan anak, tetapi ia tidak pula termasuk golongan orang dewasa
atau golongan tua. Remaja ada di antara anak dan orang dewasa. Remaja masih
belum mampu untuk menguasai fungsi fisik psikisnya.
Lazimnya
masa remaja di anggap mulai pada saat anak secara seksual menjadi matang dan
berakhir saat ia mencapai usia matang secara hukum. Menurut Hurlock (1990, p. 205)
secara umum remaja di bagi menjadi dua bagian yaitu remaja awal dan remaja
akhir.
D.Remaja Akhir
Masa remaja akhir ialah masa ketika seseorang
individu berada pada usia 17/18 tahun sampai dengan 21/22 tahun. Dimana saat
usia ini rata-rata setiap remaja memasuki sekolah menengah tingkat atas. Ketika
remaja duduk dikelas terakhir biasanya orang tua menganggapnya hamper dewasa
dan berada diambang perbatasan untuk memasuki dunia kerja orang dewasa.
Pada
masa adolescence ini sudah mulai
stabil dan mantap, ia ingin hidup dengan modal keberanian, anak mengenal
aku-nya, mengenal arah hidupnya, serta sadar akan tujuan yang dicapainya, pendiriannya
sudah mulai jelas dengan cara tertentu. Sikap kritis sudah semakin tumbuh dan nampak,
dalam hal ini sudah mulai aktif serta objektif dalam melibatkan diri kedalam
kegiatan-kegiatan dunia luar. Juga sudah mulai mencoba mendidik diri sendiri
sesuai pengaruh ataupun interaksi yang diterimanya.
Pada masa remaja akhir ini merupakan masa yang sangat
penting, sangat kritis dan sangat rentan. Jika manusia melewati masa remajanya
dengan kegagalan, dimungkinkan akan menemukan kegagalan dalam perjalanan kehidupan
pada masa berikutnya. Demikian pula sebaliknya, jika masa remaja itu diisi
dengan penuh kesuksesan, kegiatan yang sangat produktif dan berhasil guna dalam
rangka menyiapkan diri untuk memasuki tahapan kehidupan selanjutnya,
dimungkinkan remaja itu akan mendapatkan kesuksesan dalam perjalanan hidupnya.
Dengan demikian, masa remaja menjadi kunci sukses dalam memasuki tahapan
kehidupan selanjutnya. Oleh karena itu, masa remaja juga dikenal dengan masa
perkembangan menuju kematangan jasmani, seksualitas, pikiran dan emosional. (Irianto,koes,2013:1)
E. Perkembangan Psikososial dan Kepribadian Remaja
Didalam
perjalanan remaja menuju kedewasaan remaja harus berusaha untuk mempunyai peran
dalam kehidupan sosialnya. Erikson (1963) mengatakan bahwa untuk menemukan jati
dirinya maka remaja harus mempunyai peran dalam kehidupan social, berjuang dan
mengisi masa remajanya dengan hal-hal yang positif yang dapat mengembangkan
dirinya. (Irainto,koes,2013:66)
Pada saat ini, masa remaja lebih cendrung
berlangsung lebih panjang. Hal tersebut terjadi, karena syarat-syarat untuk
menjadi orang dewasa semakin sulit dan meningkatnya tuntutan hidup. Sulitnya
mendapat pekerjaan karena kurang tersedianya lapangan kerja, atau meningkatnya
persyaratan-persyaratan untuk suatu pekerjaan, menyebabkan remaja masih tetap
bergantung pada orangtuanya walaupun telah menyelesaikan sekolah hingga
perguruan tinggi. (Irainto,koes,2013:66)
Dari segi usia, mereka sudah melampaui usia remaja
namun secara financial mereka masih bergantung kepada orang tua dan belum mampu
untuk mandiri. Sebaliknya, pada sebagian masyarakat juga terjadi masa remaja
yang lebih pendek, yaitu bila remaja mengalami perkawinan usia muda, misalnya
remaja putri yang menikah pada usia 18-19 tahun maka mereka secara otomatis
memasuki masa dewasa. (Irainto,koes,2013:66)
F. Aspek Psikososial dari Kematangan Seksual
Memasuki masa remaja yang diawali dengan terjadinya
kematangan seksual, maka remaja akan dihadapkan pada keadaan yang memerlukan
penyesuaian untuk dapat menerima perubahan-perubahan yang terjadi. Kematangan
seksual dan terjadinya perubahan bentuk tubuh sangat mempengaruhi kehidupan
kejiwaan remaja. (Irainto,koes,2013:66)
Akibat
terjadinya kematangan seksual akan terjadi percepatan pertumbuhan badan dimana
pertumbuhan anggota badan lebih cepat daripada badannya, sehingga untuk
sementara waktu proporsi tubuh tida seimbang. Selain itu, kematangan seksual
juga mengakibatkan remaja mulai
tertarik
terhadap anatomi fisiologi tubuhnya. Pertumbuhan badan remaja yang telah
mencapai bentuk yang sempurna seperti orang dewasa menimbulkan tanggapan
masyarakat yang berbeda. Remaja diharapkan dapat memenuhi tanggung jawab orang
dewasa. (Irainto,koes,2013:67)
Tetapi, berhubung antara pertumbuhan fisik dan
pematanga psikisnya masih ada jarak yang cukup lebar maka kegagalan yang sering
dialami remaja dalam memenuhi tuntunan social tersebut. Hal ini menyebabkan frustasi
dan konflik-konflik batin pada remaja terutama bila tidak ada pengertian dari
orang dewasa. Hal ini merupakan salah satu sebab mengapa para remaja lebih
dekat dengan teman sebaya daripada dengan orang dewasa. (Irainto,koes,2013:68)
Seksualitas
pada remaja timbul karena faktor-faktor berikut, yaitu:
§ Perubahan-perubahan
hormonal yang meningkatkan hasrat seksual (libido
seksualitas) remaja.
§ Penyaluran
itu tidak dapat segera dilakukan karena adanya penundaan usia perkawinan.
§ Sementara
usia kawin ditunda, norma-norma agama tetap berlaku dimana seseorang dilarang
untuk melakukan hubungan seks sebelum menikah.
§ Kecendrungan
pelanggaran makin meningkat.
§ Orang
tua sendiri, masih mentabukan pembicaraan mengenai seks dengan anak tidak
terbuka terhadap anak.
§ Dipihak
lain tidak dapat diingkari adanya kecendrungan pergaulan.
G. Tugas Perkembangan Remaja
Setiap
tahap perkembangan akan terdapat tantangan dan kesulitan-kesulitan yang
membutuhkan suatu keterampilan untuk mengatasinya. Pada masa remaja ini, mereka
dihadapkan kepada dua tugas utama yaitu : mencapai ukuran kebebasan atau
kemandirian dari orang tuanya dan membentuk identitas untuk tercapainya
integrasi diri dan kematangan pribadi. (Irainto,koes,2013:69)
1. Kebebasan
dan Ketergantungan
Sifat
remaja yang ingin memperoleh kebebasan emosional, sementara orang tua yang
masih ingin mengawasi dan melindungi anaknya dapat menimbulkan konflik diantara
mereka. Terdapat pandangan umum yang tidak sepenuhnya benar, mengatakn bahwa
remaja menggunakan konflik dan sikap menentang sebagai cara untuk mencapai
otonomi dan kebebasan dari orangtua. Pengertian otonomi jelas menekankan pada
kebebasan dari pengaruh orang tua. (Irainto,koes,2013:69)
Otonomi adalah pengaturan diri (self regulation) sedangkan kebebasan (independence) adalah suatu kemampuan untuk membuat keputusan dan
mengatur prilakunya sendiri. Melalui proses tersebut remaja akan belajar untuk
melakukan sesuatu secara tepat, mereka akan mengevaluasi kembali aturan, nilai
dan batasan-batasan yang telah diperoleh dari keluarga maupun sekolah . (Irainto,koes,2013:70)
Dalam perkembangannya menuju kedewasaan, remaja
berangsur-angsur mengalami perubahan yang membutuhkan dua kemampuan, yaitu kebebasan
dan ketergantungan secara bersama-sama. Remaja secara terus menerus
mengembangkan kemampuan dalam menggabungkan komitmen terhadap orang lain yang
merupakan dasar dari ketergantungan dan konsep ‘dirinya yang merupakan dasar
dari kebebasan atau kemandiriannya. (Irainto,koes,2013:70)
Pada akhir masa remaja, remaja akan berusaha
mengurangi kegelisahannya dan meningkatkan integritas pribadinya. Identitas
diri lebih kuat, mampu menunda pemuasan, kemampuan untuk menyatakan pendapat
menjadi lebih baik, minat lebih stabil dan mampu membuat keputusan dan
mengadakan kompromi. Akhir masa remaja adalah tahap terakhir perjuangan remaja,
dalam mencapai identitas diri. (Irainto,koes,2013:70)
2. Pembentukan
Identitas Diri
Proses
pembentukan identitas diri adalah proses yang panjang dan kompleks yang
membutuhkan kontinuitas dari masa lalu, sekarang dan yang akan datang dari
kehidupan individu. Hal ini akan memebentuk kerangka berpikir untuk
mengorganisasikan dan mengintegrasikan prilaku kedalam berbagai bidang
kehidupan. Dalam proses pengembangan identitas maka sesorang dapat berada dalam
status yang berbeda-beda. (Irainto,koes,2013:72)
Keempat status tersebut adalah sebagai berikut :
ü Diffusion
status yaitu suatu keadaan
dimana seeorang kehilangan arah, dia
tidak melakukan eksplorasi dan tidak mempunyai komitmen terhadap peran-peran
tertentu sehingga mereka tidak dapat menemukan identitas dirinya. Mereka akan
mudah menghindari persoalan dan cenderung mencari pemuasaan dengan segera.
Diffusion Status sering dialami oleh remaja yang ditolak dan tidak mendapat
perhatian. Mereka cenderung melakukan hal-hal yang tidak dapat diterima oleh
masyarakat, misalnya: mabuk-mabukkan, penyalahgunaan obat, sebagai cara untuk
menghindari tanggung jawabnya.
ü Foreclosure
status
yaitu
suatu keadaan dimana seseorang dapat menemukan
jati diri dan mempunyai komitmen namun tanpa melalui eksplorasi terlebih
dahulu. Mereka mengalami kecemasan yang paling ringan karena mereka mempunyai
pilihan terhadap suatu pekerjaan, pandangan
keagamaan atau ideology namun tidak berdasarkan pertimbangan yang matang
dan lebih ditentukan oleh orang tua ataupun gurunya.
ü Moratorium
status
yaitu
suatu keadaan yang menggambarkan seseorang sedang sibuk-sibuknya mencari
identitas diri, berada dalam keadaan untuk menemukan jati diri, seseorang tidak
membuat komitmen tertentu namun secara aktif mengeksplorasi sejumlah nilai,
minat ideology dan pekerjaan dalam rangka mencari identitas dirinya. Remaja
pada moratorium status mengalami kecemasan yang paling dominan yang disebabkan
oleh persoalan-persoalan yang tidak terpecahkan. Mereka berjuang dalam dunia
yang penuh pertentangan antara nilai-nilai dan pilihan-pilihan dan terus
menerus dihadapkan kepada persoalan yang tak terduga.
ü Identitiy
achievement
yaitu
suatu keadaan dimana remaja memiliki perasaan stabil karena mereka telah
menemukan identitasnya dan membuat komitmen-komitmen setelah melakukan
eksplorasi terlebih dahulu. (Irainto,koes,2013:76)
H.Permasalahan
Seksual dalam masa Remaja
Masa
remaja ( adolesensi ) merupakan suatu periode dengan dorongan seksual yang
maksimum. Didalam suatu masyarakat yang menganggap keluarga sebagai satuan
social yang pokok maka masa remaja juga merupakan periode dengan kesempatan
seksual yang sah paling sedikit atau minimum. Keadaan yang bertentangan ini
tentu saja menimbulkan permasalahan moralitas perorangan yang berat bagi
anak-anak muda tersebut. Permasalahan ini sama tuanya dengan kebudayaan Eropa
Barat, namun dalam masyarakat sekarang ini sejumlah factor yang
mempengaruhinya. (Irainto,koes,2013:51)
1. Pertumbuhan
fisik
Kaum
remaja masa kini mengalami kebingungan karena orang tua mereka sering
meninggalkan kesetiaan kepada agama. Dan mereka sendiri tidak mempunyai lagi
prinsip-prinsip yang dapat dipegang teguh. Toleransi social dalam keadaan seks
telah menyebar l uas pada segenap lapisan
masyarakat. Kebebasan ekonomi dapat berarti perkawinan yang dini, dan dapat
mempengaruhi pembebasan diri mereka dari hambatan dalam petualangan serta
eksperimen seksual. Bagi mereka yang harus meneruskan
pendidikan atau sekolah sehingga secara
ekonomi masih harus bergantung kepada orang tua maka kebebasan yang
semakin bertambah dalam kehidupan modern ini menjadi sumber frustrasi yang terus – menerus dan menyebabkan usaha
pengendalian diri menjadi semakin sukar. (Irainto,koes,2013:52)
2. Kehidupan
keluarga
Di
rumah, pengaruh televisi yang menonjol, dan orang tua yang telah letih bekerja
sepanjang hari untuk memperoleh hasil tambahan buat segala macam peralatan
rumah tersebut, secara efektif menghalangi setiap kesempatan yang berfaedah
untuk saling bertukar pikiran . Dihadapkan
dengan situasi ini ,
tidak heran jika banyak diatara kaum remaja yang memiliki kesukaran dalam
menentukan sikap mereka. Banyak pula diantara orang – orang yang lebih dewasa daripada mereka tidak
mengetahui lagi bagaimana cara mengatasi permasalahan tersebut. Sebelum
persoalan ini dipikirkan, kelihatnannya kita harus menemukan dahulu jawaban
bagi beberapa pernyataan yang sangat berkaitan dengan persoalan tersebut. Sukar
bagi kita untuk menemukan jawaban tersebut tanpa memperbaiki cara hidup kita yang
secara ekonomi dan social kelihatannya
tidak mungkin diubah lagi. (Irainto,koes,2013:53)
3.
Kehamilan diluar pernikahan dan
penyakit kelamin
Hubungan
kelamin dimaksudkan untuk melanjutkan keturunan (reproduksi ), dan kemungkinan
hamil yang ditimbulkan oleh hubungan kelamin cukup besar. Angka pernikahan
karena “ kecelakaan “ menunjukkan jumlah
yang tidak dapat dihitung. Penyakit kelamin tumbuh dengan subur di
kalangan orang – orang yang menganut kebebasan seksual. Semua fakta memperlihatkan
bahwa akhir-akhir ini penyakit kelamin bertambah frekuensinya dan semakin banyak terdapat pada
kaum remaja. Angka-angka yang diumumkan menunjukkan satu diantara lima kasus
yang baru, terjadi diantara remaja putra dan putri yang berusia belasan tahun.
Meskipun sebagian besar dari bahaya yang ditimbulkan oleh keadaan ini dapat
diatasi dengan metode pengobatan yang modern, keadaan tersebut masih merupakan
sesuatu yang harus dihindarkan dan satu-satunya tindakan pencegahan yang
sesungguhnya ialah pembatasan diri dalam hubungan seksual. (Irainto,koes,2013:54)
4.
Dasar biologi dalam kehidupan
Daya
tarik dan keinginan seksual merupakan bagian dari sarana yang dianugrahi
alam untuk tujuan melanjutkan keturunan
( reproduksi ). Jika sarana ini dipisahkan sama sekali dari tujuan reproduksi,
yang tentunya terjadi dalam setiap hubungan kelamin yang lepas maka kedua
sarana tersebut akan kehilangan landasan pokok dari fungsinya. Cepat atau
lambat keadaan ini akan menimbulkan frustrasi diluar kesadaran. Setiap kesempatan
harus digunakan untuk menekan kan arti yang mendalam pada naluri seksual dan
untuk menghadapi citra komersial yang
gemerlapan tetapi palsu, yang menimpa
kaum muda dari segala penjuru dengan bacaan – bacaan kontemporer. (Irainto,koes,2013:55)
5.
Kesucian sebelum pernikahan
Kita
sering kali mengalami dan mendengar pernyataan bahwa pengalaman seksual sebelum
menikah akan mempermudah penyesuaian di dalam pernikahan yang diselenggarakan
kemudian. Pandangan ini jauh dari kebenaran yang sesungguhnya. Suatu perkawinan
yang berbahagia mencakup banyak hal yang lebih dari pada kesesuaian jasmani dan
daya tarik seksual semata. Pada bidang emosi, egoism ( mementingkan diri
sendiri ) dan hedonisme ( mencari kesenangan semata ) dalam hubungan seksual
yang lepas dapat mempersulit proses belajar bagaimana bersama-sama menanggung
suka-duka yang merupakan dasar perkawinan. (Irainto,koes,2013:57)
6.
Tanggung jawab bersama dan
kedewasaan
Perkawinan
yang didasarkan pada tanggung jawab bersama dan kesetiaan dari kedua belah
pihak akan berhasil jika kedua belah
pihak sudah cukup matang. Kematangan atau kedewasaan ini bukan merupakan masalah usia. Sebagian orang
tidak pernah mencapai kedewasaannya, sedangkan sebagian lagi menunjukkan
kedewasaannya dalam usia belasan tahun. Walaupun begitu, umumnya masa remaja
merupakan masa-masa yang penuh keraguan dan kegelisahan tatkala nasihat dan dukungan dari seseorang
yang lebih dewasa merupakan hal yang
penting. (Irainto,koes,2013:59)
7.
Pengawasan Orang tua
Kaum
remaja dipersatukan didalam suasana yang menambah kobaran api seksual yang
telah menyala dengan cepat, dan malapetaka perorangan yang tidak terjadi.
Setiap ayah atau ibu harus memikirkan dengan serius akan tanggung jawabnya
masing-masing. Mereka harus menumbuhkan rasa hormat dan kepercayaan dalam diri
anak-anak mereka yang remaja, dan secara berangsur – angsur mengurangi derajat
pengawasan ini setelah terlihat adanya pertumbuhan kedewasaan dalam diri anak.
Namun pada kenyataanya, Banyak sekali
orang tua telah melepaskan semua tanggung jawab atas permasalahan ini. Jika
kita menceburkan orang pada bagian kolam yang dalam, hanya beberapa yang akan
belajar berenang. Tapi banyak diantara nya akan tenggelam , kecuali kalau
seorang pelatih berada di pinggir kolam
untuk menyelamatkan mereka. (Irainto,koes,2013:60)
8.
Masturbasi
Organ
– organ yang aktif pada kaum remaja secara berangsur-angsur menimbulkan
ketegangan fisik yang sebagian besar terlepas dari dorongan perkelaminan. Daya
kemampuan seksual yang kreatif dan mengalir keluar diarahkan secara salah,
dengan masturbasi yang merupakan perbuatan sia-sia. (Irainto,koes,2013:62)
9.
Homoseksual
Dalam
fase perkembangan, naluri seksual tidak segera diorientasikan pada jenis
kelamin yang berlawanan. Mula-mula naluri seksual tampak sebagai suatu usaha mencari yang tidak dapat
dibedakan utnuk memperoleh kontak emosional
dengan kepribadian lainnya, dan suasana dapat menentukan bahwa kepribadian
lainnya itu adalah dari jenis kelamin yang sama. (Irainto,koes,2013:62)
I. Perilaku
Seks Bebas Dikalangan Remaja
Perkembangan perilaku seksual pada remaja dipengaruhi
oleh berbagai faktor antara lain perkembangan psikologis, perkembangan fisik,
proses belajar dan sosial kultural. Berdasarkan faktor-faktor tersebut
aktivitas seksual remaja sulit sekali untuk dikendalikan atau cenderung untuk
melakukan penyimpangan perilaku seks. Adapun beberapa aktivitas sosial yang
sering dijumpai pada remaja yaitu sentuhan seksual, membangkitkan gairah
seksual seks oral, seks anal, masturbasi dan hubungan heteroseksual
(Soetjiningsih, 2004).
Adapun perilaku seks menyimpang yang sering dilakukan
oleh remaja adalah sebagai berikut :
§ French
Kiss, adalah berciuman dengan
bibir dan mulut terbuka dan termasuk menggunakan lidah.
§ Hickey, adalah menghisap atau menggigit pasangan dengan gemes
sehingga menyebabkan sebuah tanda merah atau memar.
§ Necking, adalah ciuman serta pelukan yang lebih mendalam.
§ Petting, adalah langkah yang lebih mendalam dari necking, yaitu
termasuk merasakan dan mengusap-usap tubuh pasangan termasuk lengan, dada, buah
dada, kaki dan kadang-kadang kemaluan baik dengan berpakaian ataupun tanpa
berpakaian.
§ Foreplay, adalah merangsang secara seksual melalui ciuman, necking,
dan petting dalam persiapan untuk melakukan hubungan intim.
§ Hubungan intim,
yaitu bersatunya dua orang secara seksual, dimana penis laki-laki yang ereksi
masuk ke dalam vagina perempuan. (Windy dan Nugraha, 2006).
Ø Faktor –
Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Seks bebas dikalangan Remaja
Menurut Sarwono (2002), ada 2 faktor yang mempengaruhi
terjadinya penyimpangan perilaku seks pada kalangan remaja, yaitu:
1.
Faktor Internal
Faktor
yang berasal dari dalam diri remaja itu sendiri. Perubahan – perubahan hormonal
yang meningkatkan hasrat seksual itu sendiri pada remaja. Peningkatan hasrat
seksual ini membutuhkan penyaluran dalam bentuk tingkah laku seksual tertentu.
2.
Faktor Eksternal
Yaitu
faktor yang berasal dari luar diri remaja. Faktor – faktor itu antara lain:
a.
Penundaan usia perkawinan, baik
secara hukum maupun secara norma sosial yang menuntut persyaratan yang semakin
tinggi untuk perkawinan, misal: pendidikan, pekerjaan, persiapan mental dan
lain – lain.
b.
Norma agama yang melarang
berperilaku seksual yang bisa mendorong remaja melakukan senggama, seperti
berpegangan tangan, berciuman, sendirian dengan pasangan ditempat sepi.
c.
Adanya penyebaran informasi dan rangsangan seksual melalui media masa (TV, VCD, majalah, radio dan internet). Remaja cenderung
ingin tahu dan mencoba – coba serta meniru dengan apa yang dilihat dan
didengarnya khususnya karena remaja pada umumnya belum pernah mengalami masalah
seksual secara lengkap dari orang tuanya.
d.
Orang tua, ketidaktahuan orang
tua maupun sikap menabukan pembicaraan seks dengan anak, bahkan cenderung
membuat jarak dengan anak tentang masalah ini, akibatnya pengetahuan remaja
tentang seks berkurang. Peran orang tua dalam pendidikan anak sangat penting,
terutama pendidikan seksual.
e.
Pengaruh Teman , Pengruh teman
memang sangat kuat, informasi yang diberikan kedekatan mereka membuat
komunikasi sesama teman menjadi komunikasi terbuka sehingga sangat berpengaruh.
f.Akademik/Pendidikan,Pendidikan yang rendah lebih cenderung melakukan seks
bebas dibandingkan remaja yang mempunyai pendidikan yang tinggi dan mempunyai
prestasi yang baik.
G.Pemahaman
kehidupan social,Pemahaman
kehidupan sosial ini dapat diasosiakan dalam pengambilan keputusan yang
memberikan perilaku sek bebas pada remaja.
J. Penyakit Seksualitas dan Remaja
Berdasarkan uraian –uraian yang telah dijelaskan
pada materi diatas, perilaku seksual yang sedang banyak menjadi perbincangan
saat-saat sekarang ini tentu akan sangat banyak menimbulkan dampak – dampak
yang merugikan bagi para remaja yang melakukannya. Salah satu dampak yang
timbul yaitu bermunculan berbagai
penyakit yang mungkin tidak terfikirkan
oleh remaja yang hidup dengan pergaulan
bebasnya melakukan hubungan seksual, seperti berikut :
1)
Gonorrhea
Gonorrhea
atau sering disebut kencing nanah disebabkan oleh bakteri. Jika tidak diobati,
penyakit ini bisa menyebabkan infertilitas pada pria maupun wanita. Untuk
menghentikan infeksi, diperlukan konsumsi antibiotik sesuai resep dokter.
Gejala mereka yang terkena penyakit ini adalah seperti namanya, pada pria akan
keluar nanah saat buang air kecil. Sedangkan pada wanita, akan merasakan sakit
di vagina dan panggul. Dia juga bisa mengalami spotting atau munculnya bercak.
Gejala umum lainnya adalah merasakan sakit seperti terbakar saat buang air
kecil.
2)
Granuloma Inguinale
Granuloma
Inguinale adalah penyakit menular yang disebabkan oleh bakteri, menyerang kulit
dan selaput lendir genitalia externa,
daerah inguinal dan anal. Penyakit ini berlangsung kronis, progresif dan
destruktif, penularannya sangat lambat. Penyakit ditandai dengan munculnya
nodula, papula menyebar secara pelaha-lahan, tidak lunak, exuberant,
granulomatous, ulcerative dan terjadi pembentukan jaringan
parut.
3)
Kandidiasis Genitalis
Kandidiasis
genitalis adalah suatu infeksi jamur pada vagina atau penis, biasanya dikenal
sebagai thrush. Kandidiasis vulvovaginalis adalah infeksi jamur pada saluran reproduksi
wanita bawah (vagina dan vulva). Pada kondisi yang jarang, laki-laki juga dapat
terkena infeksi sejenis, yang menyerang kepala penis dan disebut kandidiasis balanitis.
Kandidiasis
vaginalis merupakan salah satu bentuk infeksi pada vagina yang umum menyerang
wanita dan dapat dijumpai siseluruh dunia.
4)
Skabies
Scabies adalah penyakit kulit yang
disebabkan oleh kutu / tungau / mite (Sarcoptes scabei). Kutu ini berukuran
sangat kecil dan hanya bisa dilihat dengan mikroskop. Penyakit Scabies ini juga
mudah menular dari manusia ke manusia , dari hewan ke manusia dan sebaliknya.
Scabies mudah menyebar baik secara langsung melalui sentuhan langsung dengan
penderita maupun secara tak langsung melalui baju, seprei, handuk, bantal, air yang masih
terdapat kutu Sarcoptesnya. Gejala Penyakit Scabies ditandai dengan rasa gatal
yang sangat pada bagian kulit seperti sela-sela jari, siku, selangkangan. Rasa
gatal ini menyebabkan penderita scabies menggaruk kulit bahkan bisa menimbulkan
luka dan infeksi yang berbau anyir. Rasa gatal tersebut akibat kaki sarcoptes
dibawah kulit yang bergerak membuat lubang dibawah permukaan kulit.
5)
Limfogranuloma Venereum

penyakit menular seksual yang terutama dianggap mempengaruhi seseorang di negara berkembang, tetapi sekarang meningkat di seluruh dunia. Setelah dulunya pernah menjadi wabah pada pria yang berhubungan seks dengan sesama jenisnya pada tahun 2003 di Belanda, LGV telah ditemukan dalam kelompok-kelompok yang terisolasi di seluruh Eropa Barat, Amerika Utara, dan Australia. Penyakit ini disebabkan oleh jenis Chlamydia trachomatis, dan sangat erat kaitannya dengan tanda HIV bagi orang yang terinfeksi. Seperti halnya dengan banyak penyakit menular seksual lainnya, penyakit ini sebenarnya dapat meningkatkan risiko penularan HIV.
6)
Ulkus Molle / Chancroid
Adalah
penyakit menular seksual yang akut, ulseratif, dan biasanya terlokalisasi di
genetalia atau anus dan sering disertai pembesaran kelenjar didaerah inguinal
(bubo). Ulkus mole dietahui menyebar dari satu orang keorang lain melalui
hubungan seksual. Sinonim ulkus mole adalah chancroid, soft chncre atau soft
core.
7)
Trikomoniasis
Trikomoniasis disebabkan oleh parasit yang menular melalui kontak seksual. Penyakit ini bisanya menyerang pria di area penis dan wanita di area vagina. Pria akan merasakan sakit seperti terbakar saat buang air kecil. Sedangkan wanita akan timbul bau tidak sedap dari area genitalnya. Dia juga akan merasakan gatal dan sakit saat buang air kecil atau berhubungan seks. Obat yang diresepkan dokter bisa mengobati penyakit ini.
8) Sifilis
- raja singa.
Sifilis merupakan salah satu jenis
PMS yang klasik (karena sudah ada sejak lama) sering disebut Raja Singa atau
Lues. Kuman penyebabnya disebut: Treponema pallidum. Masa inkubasi penyakit ini
tanpa gejala berlangsung 3–13 minggu, lalu timbul benjolan sekitar alat
kelamin, disertai pusing, nyeri tulang, akan hilang sementara. 6–12 minggu
setelah hubungan seks muncul bercak merah pada tubuh yang dapat hilang sendiri
tanpa disadari. 5–10 tahun penyakit ini akan menyerang susunan syaraf otak,
pembuluh darah dan jantung. Komplikasi pada wanita hamil yaitu
dapat melahirkan dengan kecacatan fisik seperti kerusakan kulit, limpa, hati
dan keterbelakangan mental.
9. HIV AIDS
Seseorang yang terkena Penyakit
Menular Seksual HIV AIDS pada umumnya tidak memberikan tanda-tanda dan gejala
yang khas, penderita paling hanya mengalami demam selama 3 sampai 6 minggu
tergantung daya tahan tubuh saat mendapat kontak virus HIV tersebut. Setelah
kondisi membaik, orang yang terkena Penyakit Menular Seksual HIV AIDS akan
tetap sehat dalam
beberapa tahun dan perlahan kekebelan tubuhnya
menurun/lemah hingga jatuh sakit karena serangan demam yang terus berulang.
Satu cara untuk mendapat kepastian
adalah dengan menjalani uji antibodi HIV terutama jika seseorang merasa telah
melakukan aktivitas yang berisiko terkena Penyakit Menular Seksual HIV
AIDS,seperti melakukan hubungan badan dengan banyak pasangan.(jessika,2012)
KESIMPULAN
Masa
remaja merupakan periode dimana terjadi gejolak emosi dan tekanan kejiwaan yang
sangat besar pada diri remaja yang apabila tidak mampu mengendalikan dan
mengontrolnya dengan baik dan terarah maka remaja akan melakukan tindakan
perusakan, penyimpangan dan pelanggaran norma-norma, aturan dan
ketentuan-ketentuan agama, norma sosial dan aturan pemerintahan serta
tergelincir dan jatuh dalam kehidupan yang gelap dan suram.
Jika manusia melewati masa remajanya dengan
kegagalan, dimungkinkan akan menemukan kegagalan dalam perjalanan kehidupan
pada masa berikutnya. Demikian pula sebaliknya, jika masa remaja itu diisi
dengan penuh kesuksesan, kegiatan yang sangat produktif dan berhasil guna dalam
rangka menyiapkan diri untuk memasuki tahapan kehidupan selanjutnya,
dimungkinkan remaja itu akan mendapatkan kesuksesan dalam perjalanan hidupnya.
Namun, untuk mencapai itu semua
tidak lah mudah, karena perlu adanya dukungan – dukungan, pengawasan orang tua
dan konsep pemahaman oleh setiap remaja, orang tua, ataupun masyarakat mengenai
perlunya suatu pendidikan seksualitas yang lebih mengarah kan kita untuk dapat
mengetahui secara mendalam seputar seksualitas. Oleh karena itu, dari tenaga
kesehatan juga memiliki peran yang tidak kalah penting nya dalam memberikan
pendidikan seksualitas, dan mambantu remaja, orang tua bahkan masyarakat untuk
merubah anggapan mereka bahwa pendidikan seksualitas tidak hanya menjelaskan
mengenai hubungan intim saja, tapi juga menjelaskan bagaimana organ reproduksi,
psikologi remaja, permasalahan-permasalahan seksual dan lain sebagainya. Dengan
begitu ketika adanya pendidikan seksualitas orang tua, masyarakat dan bahkan
remaja sendiri sudah tidak menganggap tabu lagi tentang pendidikan seksualitas
dan remaja senidri mendapatkan suatu informasi yang jelas mengenai hal tersebut
yang dsesuaikan dengan usia nya.
DAFTAR PUSTAKA
Depdiknas,
2002.Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka
Koes, Irianto.2013.Permasalahan Seksual. Bandung : Yrama
Widya
Ma’ruf
Zuraeq, 2001 . Pedoman Mendidik Remaja Menjadi Sholeh dan Shalihah,
“Kaifa Nurobbi Abnaana”, Yogyakarta: Bintang Cemerlang
http://pekanbaru.tribunnews.com/2014/04/13/mahasiswi-gugurkan-kandungan-kepala-bayi-putus-tertinggal-di-rahim
(diakses pada tanggal 15 juni 2014)
https://docs.google.com/presentation/d/17oGmbOoiD2XjsvGOr9nYKPAxuBQX34FPsUIvuJjxd-o/edit?pli=1#slide=id.p27
( diakses pada tanggal 15 Juni 2014 )
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/39474/5/Chapter%20I.pdf
(diakses pada tanggal 15 Juni 2014 )
http://www.waspada.co.id/index.php?option=com_content&view=article&id=285016:10-penyakit-seks-menular&catid=61:seks&Itemid=136
( diakses pada tanggal 16 Juni 2014 )
http://www.penyakitmenularseksual.com/penyakit-menular-seksual-hiv-aids.html(diakses
pada tanggal 15 Juni 2014)













Tidak ada komentar:
Posting Komentar